Kos bagi mahasiswa adalah rumah kedua. Karena alasan capek harus
bolak-balik rumah- kampus, kos adalah alternatifnya. Bahkan meski punya saudara
deket dengan kampus sekalipun, kos lebih disarankan untuk menghindari hal-hal
yang tidak mengenakan hati. Karena dengan kita tinggal dengan saudara itu
artinya kita harus menjadi bagian dari keluarganya namun kita juga kehilangan
fungsi dari keluarga itu sendiri.
Saya lebih memilih kos meski jika dilihat dari jarak antara rumah dan
kampus sebenarnya tidak begitu jauh, paling hanya memakan perjalanan selama
kurang lebih satu jam. Namun ada alasan lain yang memutuskan saya untuk kos. Pertama
adalah saya tidak mau dicap sebagai anak rumahan, kedua saya ingin disebut sebagai
anak kos dan ketiga adalah saya ingin mengatur diri saya sendiri dari mulai
bangun tidur hingga tidur lagi. Dan dari ketiga alasan itu sepertinya hanya
alasan ketiga yang sedikit masuk akal.
Selama saya kuliah dan saat ini masuk semester Sembilan jadi jika
dihitung sudah hamper lima tahun saya kuliah saya hanya kos di dua tempat. Kos
pertama saya hanya satu tahun disana kemudian pindah ketempat kos yang hingga
sekarang masih betah saya tidurin hingga detik ini. Dan saya juga heran kenapa
saya bisa betah di kos yang sekarang ini. Ditempat lama saya merasa sulit untuk
menyesuaikan diri, sehingga tidak jarang dalam seminggu bisa pulang ampe 2
kali.
Kos yang sekarang meski kecil namun membuat saya merasa nyaman dan entah
kenapa tidak pernah berpikir sedikit pun untuk pindah dari kos yang sekarang ini.
Saya masih ingat ketika pertama kali kos yang sekarang aku tempati, dan tidak
butuh waktu yang lama untuk menyesuaikan diri. Saya langung bisa tidur nyenyak,
dan Ibu kosnya juga baik, meski jarang menemui anak-anak kosnya namun beliau
sangat baik, terkadang kalo ada makanan lebih dibagikan ke saya dan anak kos
yang lain. Dan pernah pas bulan puasa ketika akan mencari makanan buat sahur,
tiba-tiba Ibu kos manggil saya agar tidak mencari sahur diluar, dan disuruh
sahur bareng ditempatnya, dan belum lagi kalo pas buka, beliau juga sering
ngasih cemilan buat buka puasa.
Ibu kos saya adalah Ibu kos terbaik didunia, mengapa bisa menjadi Ibu
kos terbaik? Karena menurut saya, Ibu kos yang baik adalah Ibu Kos yang tidak
pernah menagih uang bulanan. Dan saya kira hampir semua anak kos didunia pasti
sependapat. Dengan tidak pernah menagih uang kos, bukan berarti Ibu kos tidak
peduli dengan kos-kosannya atau tidak doyan uang. Namun Ibu kos menyadari bahwa
kami para anak kos adalah orang yang sudah besar, serta sudah dewasa baik
secara fisik maupun mental. Sehingga sudah menyadari akan tanggung jawabnya,
selain itu Ibu kos juga menyadari bahwa kami sebagai anak kos meski sudah hidup
mandiri terpisah dari orang tua, namun kami belum belum mandiri secara finansial.
Hal yang pertama paling saya ingat dalam masa adaptasi dilingkungan kos
saat ini adalah dulu, pas awal-awal kos disini saya tidak mengalami gangguan
pencernaan. Berbeda dengan pas pertama kos di kos pertama, hampir sebulan kos
disana saya susah BAB. Susah BAB adalah alarm bagi saya bahwa saya kerasan atau
tidak tinggal dilingkungan baru. Dan pas pas pertama kos di kos yang sekarang
yaitu tepatnya tiga tahun yang lalu saya langsung lancar-lancar aja BABnya.
Pada intinya adalah saya merasa nyaman dengan kos saya saat ini, meski
kos saya sangat sempit hanya berukuran 2x3. Meski kos saya masih tergolong
dengan kos yang sangat sederhana dengan minim fasilitas. Meski kos ini mirip
dengan sarang teroris atau gembong narkoba, karena jika dilihat dari depan
tidak menunjukan bahwa dibelakang rumah tua ada tanda-tanda kehidupan disana
(ada kos-kosannya). Namun saya nyaman dengan keadaan ini, tak pernah sedikit
pun terbesit dalam pikiran saya untuk pindah dari kos ini.
Kos saya menyimpan banyak hal, mulai dari hal paling baik maupun hal
paling konyol sekalipun. Jangan ditanya apa hal baiknya, karena saya tidak mau
riya’ dan jangan tanya pula apa hal konyolnya, karena saya tidak akan melawak,
hehe J
Saya merasa nyaman dengan kos ini, namun saya juga sadar bahwa saya
pasti akan meninggalkan kos ini. Dan perpindahan itu pasti akan terjadi,
tinggal menunggu waktu saja. Dan pada saat saya menulis ini, saya sudah
menjalani masa-masa skripsi dan itu artinya saya akan lulus, dan meninggalkan kos ini. Berat
untuk untuk meninggalkan kos ini, karena harus saya akui bahwa, karena kos ini
saya menjadi mudah melalui malamnya kota solo, hanya dengan memejamkan mata,
tiba-tiba malam menjadi pagi. Namun perpindahan harus terjadi. Kamar kos ini
akan menjadi semakin sempit, karena tidak selamanya saya akan tinggal di kamar
ukuran 2x3 ini. Saya harus mulai merencanakan agar bisa tidur dengan kamar yang
lebih besar lagi, karena suatu saat nanti saya tidak akan tidur sendirian lagi.
Tentunya dengan pasangan hidup saya, seklaigus partner hidup dalam mengarungi
samudera kehidupan. Dan saya juga tidak selamanya akan hidup dengan satu kamar,
namun saya harus menyediakan beberapa kamar lagi. Kamar-kamar itu kemudian
menjadi satu dalam sebuah rumah. Rumah yang kecil namun menyimpan banyak
kebahagian, yang bernama keluarga.
Kos ini akan menjadi saksi bahwa perpindahan itu pasti terjadi, meski
sudah merasa nyaman sekalipun. Dan tidak bisa dipungkiri untuk pindah dari
kamar yang satu ke kamar yang lain membutuhkan adaptasi atau penyesuian yang
agak lama. Namun disitulah saya belajar bahwa saya harus bisa survive dengan
segala kemungkinan yang terjadi termasuk perpindahan.
Kos ini juga mengajarkan bahwa meski kos ini hanya berukuran sempit
namun pemikiran tidak boleh sempit. Karena dunia bukan hanya berukuran 2x3
seperti kos ini, dunia itu luas dan penuh ketidakpastian. Maka perpindahan
pasti tarjadi.
Terima kasih buat Ibu kos yang telah mengizinkan saya untuk menempati
kos ini hingga 3 tahun lebih lamanya, meski bisa dibilang saya adalah anak kos yang
sering telat bayar uang kos. Dan saya salut dengan sikap Ibu kos, meski saya
sering telat namun Ibu Kos selalu baik, sering member cemilan bahkan hingga
diajak makan sahur dirumahnya juga. Setidak hingga saya menyelesaikan skripsi
dan bisa lulus, kos ini akan menjadi saksi dari segala pengalamanku di masa
kuliah.