Pemandangan hamparan sawah masih bisa saya lihat di sebuah desa, desa
yang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota yang serba modern. Meski di desa yang
kebanyakan kehidupan warganya sebagai petani tulen, bisa dibilang desa ini
sudah melek teknologi. Sudah barang wajib bagi anak-anak di desa ini memegang
handphone. Anak-anak di desa tersebut juga sudah melek dengan internet,
facebook dan twitter sudah menjadi bahan omongan dalam kehidupan sehari-hari.
Pagi hari, saya sempatkan untuk menghirup udara pagi sembari jalan-jalan
di tengah persawahan, saya melihat kiri kanan, nampak padi-padi sudah mulai
berbuah, mungkin tinggal satu bulan lagi persawahan ini sudah panen raya. Nampak
para petani sudah mulai keliling di area persawahan meski hanya sekedar
mengaliri air ke sawahnya atau membersihkan rerumputan yang ada di sekitar
sawahnya.
Semakin siang, jalanan sudah mulai rame dengan lalu-lalang, orang-orang mulai
beraktifitas, ada yang pergi ke pasar, serta anak-anak yang berangkat ke
sekolah. Dari lalu-lalang orang-orang yang berjalan di jalan yang letaknya
berada di tengah-tengah sawah, karena jalan tersebut kiri-kanannya adalah
sawah. Dari mereka yang berjalan di jalan itu, nampak mereka semua menutupi
hidungnya seraya meludah, saya tahu betul bahwa bau yang mereka cium sama
dengan bau yang saya rasakan, yaitu semacam bau bangkai. Bau itu adalah bau
bangkai tikus, karena untuk menghindari gagal panen dari hama-hama tikus yang
menyerang persawahan tersebut, sudah mulai digerakan untuk bersama-sama
memberantas hama tikus, ada yang dengan cara mengasapi kemudian ditutup
rapat-rapat lubang tikusnya, ada yang menggunakan racun tikus, ada juga yang menjebak
dengan setrum listrik, yaitu mengaliri aliran listrik di sekitar sawah mereka.
Orang-orang di sekitar, terutama orang yang berjalan di jalanan sawah,
mulai tidak nyaman dengan bau bangkai tersebut. Tidak jarang orang-orang
tersebut menghujat dengan kata-kata yang seenak jidatnya, seolah-olah
menyalahkan para petani yang tidak menjaga kebersihan hingga bau bangkai
seperti itu. Mereka yang lewat hanya mengumpat dengan kata-kata penuh cacian,
karena betapa tidak nyamannya dengan bau semacam bangkai tikus tersebut.
Dari semua orang yang lewat tadi, kebanyakan dari mereka saling
mengumpat dan mengeluarkan kata cacian seakan mengutuk orang-orang yang tidak
menjaga kebersihan, hingga timbul bau menyengat semacam bau bangkai. Namun hal
itu tidak bagi seorang petani, para petani malah saling mengumbar senyum seakan
telah memenangkan sebuah pertandinagan sepak bola. Betapa tidak, karena tujuan
dari mereka membasmi tikus, ya agar tikus-tikus itu mati, agar tidak gagal
panen karena serangan hama tikus. Mereka seakan tidak merasakan apa yang
dirasakan oleh orang-orang yang mengumpat karena bau bangkai tikus tersebut. Para
petani dengan raut wajah senyum tidak segan-segan untuk mecari bangkai tikus
dan langsung menguburnya agar tidak bau bangkai lagi.
Bau bangkai adalah sebuah resiko yang dilakukan oleh para petani, karena
tujuan mereka adalah membasmi tikus-tikus tersebut agar berkurang, dan tentunya
banyak yang tikus yang mati dan tidak jarang sampai ada yang busuk hingga
berbau bagkai. Bau bangkai bagi petani adalah tanda bahwa mereka setidaknya
telah mampu mengurangi hama tikus tersebut. Sungguh ironi bukan, bangkai yang
kebanyakan orang adalah sebagai sesuatu yang menjijikan karena baunya, namun
apa yang mereka lakukan? mereka hanya bisa mengumpat dengan suara-suara cacian
tanpa tahu mengapa bisa ada bangkai. Tidak pernah berpikir bahwa bau bangkai
adalah tanda berkurangnya hama tikus yang selama ini menghantui para petani,
karena para petani pernah gagal panen karena serangan hama tikus di malam hari.
Kondisi diatas adalah kondisi yang sedang di alami oleh bangsa Indonesia
saat ini, ketika media-media nasional baik media elektronik maupun surat kabar
lagi genjar-genjarnya memberitakan tentang banyaknya pejabat-pejabat public yang
bisa dibilang adalah pejabat terhormat, namun satu persatu mulai tertangkap
oleh KPK karena tindak pidana korupsi. Banyak yang mengumpat dan seraya mencaci
bahwa pejabat negeri ini adalah pejabat yang korup, yang tidak pernah mempedulikan
rakyat, padahal kita semua tahu tidak semua pejabat public seperti itu, karena
media yang terlalu lebay serta tidak adil dalam menayangkan berita, harusnya
berimbang bukan hanya korupsinya saja yang menjadi sorotan utama, tapi
pejabat-pejabat yang jujur juga perlu untuk diungkap dan dipublikasikan sehingga
bisa menjadi contoh. Untuk sekarang ini, menurut saya, berita di media yang
tidak adil dalam menayangkan media, kasus-kasus di blow up dari pagi hingga
malam, namun kejujuran dan prestasi para pejabat public tidak dipubilkasikan
secara besar-besaran layaknya berita penangkapan koruptor, kecuali KPK. Berkaca
dari KPK, bahwa sudah menjadi tugas dari KPK adalah menangkap koruptor-koruptor
di negeri ini, sehingga bukan prestasi jika KPK menangkap koruptor, namun sudah
menjadi tugasnya KPK itu ya menangkap koruptor, namun karena pemberitaan media,
KPK menjadi seperti pahlawan dalam pemberantasan korupsi. Dan tidak heran jika
tingkat kepercayaan public terhadap KPK sangat tinggi jika dibandingkan dengan
pejabat public lainnya.
Saya tidak bermaksud untuk menyerang KPK karena saya juga ngefans berat
dengan KPK terutama ketua KPK-nya. Namun lebih kepada media yang lebih focus pemberitaan
mengenai pejabat yang korupsi, dari pada menayangkan pejabat-pejabat yang jujur,
namun entah karena kenyataan pejabat yang jujur jauh lebih sedikit dari
pejababt yang korup, sehingga pemberitaan menjadi tidak berimbang, itu Wallahu’alam.
Kembali lagi kepermasalahan penangkan koruptor, banyak dari kita jika
mendengarkan kabar penangkapan koruptor adalah malah mengumpat, mencaci seraya
berkata bahwa sudah tidak percaya lagi dengan pejabat public, padahal berita
penangkapan koruptor oleh KPK adalah kabar gembira bagi kita seperti para
petani yang mencium bangkai tikus, karena itu artinya koruptor sudah berkurang
di negeri ini.
Lagi-lagi itulah mengapa peran media sangat berpengaruh dalam mengarahkan
opini public, karena berita-berita yang tidak berimbang dan hanya menayangkan
sisi buruknya saja tanpa di imbangi sisi baik. Sehingga yang terjadi seperti
saat ini, opini public sudah mengarah pada pemerintahan yang sarat dengan
korupsi, padahal jika kita lihat dengan teliti bahwa berita penangkapan korupsi
hanya terjadi pada pemerintahan Presiden saat ini, meski yang terjerat korupsi
kebanyakan dari partai yang mengusung Presiden saat ini.
Saya rasa saya cukupkan saja tulisan kali ini, karena saya takut terlalu
jauh untuk mengomentari pemerintahan saat ini, karena semua tulisan ini tidak
lain hanya untuk meluapkan apa yang ada di dalam otak saya saja.
Sekian dan mohon maaf jika ada
salah kata dari saya
Terima kasih J