Coba
kalian perhatikan baik-baik iklan rokok di jalan-jalan sekarang ini. Ada
sesuatu yang berbeda tidak? Iya, di bagian bawah iklan ada tulisan kurang lebih
berbunyi "Peringatan merokok membunuhmu". Kenapa sekarang tulisan
lebih sedikit mengancam begitu? Apa tulisan peringatan merokok sebelumnya
kurang menakuti-nakuti? Dan peringatan sekarang lebih menakutkan? Saya rasa
tidak, soalnya bagi perokok, merokok sekarang sudah menjadi kebutuhan. Ibarat
makan, sehari tidak makan nasi akan terasa lapar. Bahkan makan akan menjadi
nomor dua bagi seorang perokok berat. Tubuh mereka sudah terbiasa dengan adanya
zat-zat yang terkandung di dalam rokok, yang menurut beberapa orang zat
tersebut bersifat racun. Dan katanya tubuh mereka akan mengalami sesuatu yang
aneh jika tidak merokok dalam sehari, lebih jelasnya tanyakan kepada seorang perokok.
Saya
tidak akan mengutuk bahwa perokok adalah meracuni diri sendiri, dan saya juga bukan orang anti rokok meski saya sendiri bukanlah
perokok. Saya juga tidak pernah melarang orang di sekitar agar
tidak merokok, karena menurut saya orang yang merokok bukanlah orang yang bodoh
dan tidak bisa baca tulis. Peringatan tentang larangan merokok juga tertera di
bungkus-bungkus rokok itu sendiri. Terus kenapa perokok tidak menghiraukan itu?
Saya juga tidak tahu, tapi yang jelas larangan atau peringatan merokok adalah
sesuatu yang tidak efektif atau bisa dibilang gagal dalam mengurangi jumlah
perokok.
Lantas
kenapa saya tidak merokok? Saya tidak bermaksud untuk pencitraan atau apalah.
Kalo saya pencitraan toh saya posting di blog saya yang tidak ada yang baca
tulisan saya. Menurut saya pribadi pencitraan juga hanya dilakukan oleh
orang-orang yang berkepentingan. Dan saya juga fine-fine aja jika ada orang
yang melakukan pencitraan, Karena dalam pencitraan tidak ada yang dirugikan.
Kembali ke mengapa saya tidak merokok? Saya bukan seorang perokok, tapi bukan berarti saya tidak pernah merokok. Saya juga pernah merokok pada saat masih kecil, karena sekedar ingin coba-coba. Seperti halnya mencoba makan, tidak akan mengkonsumsi lagi jika ternyata makanan tersebut tidak enak di lidah saya. Begitu juga dengan rokok, ketika saya mencoba rokok, saya tidak merasakan apa yang enak dari rokok, yang saya rasakan hanya pait, serta di lidah terasa aneh. Saya masih ingat ketika saya mencoba merokok, ada yang aneh di mulut saya, hingga saya gosok gigi lagi untuk menghilangkan rasa aneh di mulut tersebut.
Kembali ke mengapa saya tidak merokok? Saya bukan seorang perokok, tapi bukan berarti saya tidak pernah merokok. Saya juga pernah merokok pada saat masih kecil, karena sekedar ingin coba-coba. Seperti halnya mencoba makan, tidak akan mengkonsumsi lagi jika ternyata makanan tersebut tidak enak di lidah saya. Begitu juga dengan rokok, ketika saya mencoba rokok, saya tidak merasakan apa yang enak dari rokok, yang saya rasakan hanya pait, serta di lidah terasa aneh. Saya masih ingat ketika saya mencoba merokok, ada yang aneh di mulut saya, hingga saya gosok gigi lagi untuk menghilangkan rasa aneh di mulut tersebut.
Dan
keinginan menjadi perokok berkurang ketika saya mengamati teman-teman saya yang
merokok begitu cepat capek dan ngos-ngosan saat berolahraga. Teman-teman saya
merokok cinderung mudah lelah dan nafasnya cepat lelah serta daya tahan
tubuhnya juga ikut melemah, jadi terlihat mudah loyo ketika main bola bareng.
Hal itu menjadikan saya semakin kuat untuk tidak merokok.
Seperti
yang saya katakan sebelumnya, saya tidak merokok namun tidak anti rokok. Banyak
dari teman-teman saya yang merokok, saya tetap bersikap biasa saja ketika
mereka merokok di depan saya. Saya tahu mereka menghormati saya yang tidak
merokok, dan sudah semestinya saya juga menghormati mereka dengan tidak
melarang merokok di dekat saya.
Banyak
orang yang bukan perokok menuntut dirinya agar perokok menghormarti dirinya
yang bukan perokok, namun apakah dirinya yang bukan perokok telah menghormati
orang yang merokok? Saya tidak bermaksud membela perokok, toh saya juga bukan
perokok.
Sudah
waktunya kita harus bersikap dewasa, jangan menuntut orang lain menghormati hak
kita sedang kita tidak pernah menghormati hak mereka. Kita tidak boleh egois,
menuntut orang lain menjadi benar semua, yaitu benar hanya menurut standar
hidup kita sendiri.
Sebagai
akhir catatan ini, sayangilah hidup ini, karena hidup cuma sekali. Dan mari
hidup sehat dengan berolah raga.
Sekian semoga
bermanfaat.
Tulisan ini sebenarnya tulisan yang berada di catatan dalam facebook saya, namun catatan tersebut tidak saya publikasikan secara umum sehingga tidak bisa dibaca oleh semua orang. dan pada kesempatan hari ini saya posting di blog pribadi saya ini, harapan saya tidak lebih dari sekedar berbagi dengan tulisan-tulisan. dan semoga saya bisa tetap konsisten dalam menulis.