Makan sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok manusia, ada yang sehari
bisa makan 5 kali, 4 kali, namun pada umumnya 3 kali sehari, dan lain halnya
ketika puasa makan hanya dua kali dalam sehari, yaitu pada saat sahur dan
berbuka puasa. Mungkin dari kita ada orang yang kuat menahan lapar, namun ada
juga yang tidak bisa menahan lapar karena menderita Maag yang bisa menaikan
asam lambungnya.
Ada orang yang diet atau mengurangi jumlah konsumsi makanannya karena
menginginkan bentuk tubuh yang ideal, ada juga yang sengaja makan lebih banyak
agar kelihatan gemuk namun malah tidak kunjung gemuk. Ada juga yang berpantangan tidak boleh makan jenis
makanan tertentu karena menderita penyakit tertentu dan mengharuskan untuk
menghindari jenis makanan tertentu. Orang yang kaya raya dapat makan apa saja
namun dia memiliki pantangan makanan tertentu karena penyakit yang dideritanya,
lain halnya dengan orang yang hidup pas-pasan dan tidak mempunyai pantangan
apa-apa dalam memilih makanan, namun kondisi ekonomi yang tidak bisa memenuhi
keinginan untuk makan enak.
Sekarang perhatikan baik-baik, mungkin untuk saat ini makan sudah
menjadi kebutuhan yang mudah terpenuhi, artinya sudah jarang ditemui orang yang
sangat sulit dan terkadang makan hanya sekali dalam sehari, meskipun ada saya
yakin jumlahnya bisa dibilang sangat sedikit. Kebanyakan orang sekarang bekerja
mati-matian bukan untuk memikirkan keluarga saya akan makan apa, namun sekarang
bekerja mati-matian untuk membayar cicilan kredit, baik itu kredit hutang,
cicilan rumah atau kendaraan. Itu menandakan bahwa untuk saat ini kebutuhan
pangan (makanan) sudah terpenuhi Karena bisa dilihat orang-orang sudah mulai fokus
pada kebutuhan sekundernya, dalam artian kebutuhan pokok khususnya makan sudah
terpenuhi.
Makanan sekarang bahkan sampai sisa-sisa terutama nasi, berbeda pada
saat negeri ni masih terjajah oleh bangsa lain, bisa makan beras adalah sesuatu
yang istimewa karena pada saat itu hanya biasa makan umbi-umbian, jagung dan
makanan pengganti nasi lainnya. Namun sesekali coba anda perhatian baik-baik,
ketika anda makan atau orang lain sedang makan, pernahkah anda melihat sisa
nasi di piring? Pasti ada, bahkan ada juga yang yang meninggalkan sisa banyak
nasi, hal itu sering saya jumpai ketika saya sedang makan di warung nasi, terutama
yang biasanya sering meninggalkan sisa adalah wanita atau cewek. Entah kenapa
wanita lebih sungkan untuk menghabiskan makanannya, mungkin takut dikira rakus.
Lain halnya dengan cowok yang terkadang malah nambah nasi.
Sekarang pernahkan anda berpikir sisa-sisa nasi di piring sehabis makan
tersebut mau diapakan? Biasanya kalo nggak dikasih ke ayam ya dibuang begitu
saja, karena sudah tidak mungkin untuk di konsumsi lagi atau dengan kata lain
di daur ulang, atau malah cuek, toh nasi itu kan sudah saya beli jadi terserah
mau dihabiskan atau mau dibuang begitu aja. Padahal kalo kalau tahu betapa susahnya petani
itu menanam padi hingga jadi beras siap makan, kalian pasti akan sangat sedih
ketika ada butiran-butiran nasi yang masih tersisa saat selesai makan.
Saya bukannya lebay dengan menganggap bahwa hanya sekedar butiran nasi
saja dipermasalahkan, sama sekali tidak. Namun ada hal yang belum kalian
ketahui bahwa jadi petani itu susah. Saya tahu soal kehidupan petani karena saya
lahir dari keturunan petani, Mbah saya dulu juga seorang petani tulen, namun
karena alasan kesehatan semua sawah dikerjakan oleng penggarap dengan sistem bagi
hasil. Jadi setidaknya saya sedikit paham mengenai kehidupan petani.
Beberapa hari yang lalu saya juga mendapat curhatan dari seorang petani
bahwa jadi petani itu adalah pekerjaan yang rendah namun sebanarnya adalah
pekerjaan yang mulia. Bagaiaman tidak, mereka para petani adalah pahlawan
negeri ini yang selalu menjaga ketahanan pangan. Dan ketika saya sedang ngobrol
dengan petani di sebuah angkringan mereka berbagi cerita soal pertanian, betapa
dia mengeluh ketika akan panen kemudian menjual hasil panen yang lalu untuk
modal panen, ketika panen harga beras dan gabah malah turun, kemudian belum
lagi masalah pupuk, kemudian sulitnya mencari tenaga atau pekerja yang mau
membantu proses pertanian, dari menanam sampai panen. Untuk masalah pupuk,
harga beras itu yang andil adalah pemerintah melaui Kementrian pertanian, bagaimana
untuk tetap memberikan subsidi pupuk, kemudian bagaimana peran bulog dalam menjaga
harga beras agar tetap normal dan jangan sampai harga beras menjadi turun. Namun
untuk masalah tenaga petani? Itulah sekarang yang menjadi masalah besar, minat
seseorang untuk menjadi petani mulai turun dan bisa dipastikan bahwa jumlah petani
juga akan turun lantas jika sudah tidak ada petani siapa yang akan menanam
padi? Siapa yang akan menjaga stabilitas ketahanan pangan negeri ini?
Sebuah renungan bagi kita semua, nasi yang kita makan sehari-hari tidak
sesimpel hanya dengan membeli di warung nasi, yang tahu-tahu sudah berupa nasi
plus dengan lauknya. Mulai sekarang saya mulai belajar untuk menghargai kerja
keras para petani, tentu dengan tidak meninggalkan butiran-butiran nasi setelah
selesai makan. Ini adalah cara saya, yang semoga bisa terus berjalan dan
menjadi sebuah kebiasaan, karena dibalik butrian nasi sisa makan ada keringat
petani yang terus tercurahkan untuk negeri ini, untuk menjaga stabilitas dan
ketahanan pangan negeri ini. Dan saya masih salut dengan para petani, mereka
tetap bertani dan menjalankan profesi sebagai petani meski petani bukanlah pekerjaan
yang prestige.
Terima kasih kepada para Petani Indonesia, meski orang menganggap bahwa
petani adalah identik dengan orang kampung yang tidak tahu akan perkembangan
jaman, namun engkau telah menunjukan baktimu kepada negeri ini, yaitu dengan
mencukupi kebutuhan pangan untuk negeri ini.
sekian