Pagi ini
tidak seperti biasanya, setelah sholat shubuh saya tidak langsung tidur lagi
untuk melanjutkan mimpi-mimpi yang sempet tertunda, padahal mimpi bukanlah
layaknya sinetron yang selalu bersambung hingga tak tahu kapan tamatnya. Tidak
puas dengan tamat, masih ada lagi kelanjutannya sampai ke sekian, layaknya
sinetron tersanjung yang pernah populer di masanya.
Setelah
sholat shubuh saya tidak tidur lagi, tapi berjalan-jalan sebentar dan
duduk-duduk di teras rumah sembari menghirup udara pagi yang masih segar. Aneh
memang, karena biasanya saya setelah sholat shubuh tidak mau melewatkan untuk
tidur kedua. Tapi tidak untuk pagi ini, padahal malamnya saya sampai jam 1 pagi
menonton telivisi sambari ngobrol-ngobrol
dengan Om. Dari obrolan yang serius sampai obrolan tanpa isi atau hanya sekedar
bercanda membuat kami berdua tidak merasakan kantuk meski saat itu tidak ada
secangkir kopi pun.
Kebiasaan
tidur lagi setelah sholat subuh seperti penyakit bagi saya. Saya tidak tahu itu
bagian dari kemalasan pada tubuh ini atau bukan, tapi yang jelas semakin lama
saya merasakan tidak kenyamanan dengan penyakit ini. Betapa tidak, tidur kedua
(tidur setelah sholat shubuh) bukanlah kebiasaan baik, tubuh menjadi semakin
lemas, badan seakan dimanjakan dengan kemalasan, dan yang menjadi momok adalah
hal ini seakan membuat hari-hari yang akan saya jalani menjadi penuh rasa
malas. Ini adalah masalah serius yang harus saya tuntaskan bagaimana pun
caranya. Saya pernah meminum kopi setelah sholat shubuh agar tetap melek, namun
timbul masalah baru, yaitu malas bikin kopinya dan apa yang terjadi? Tidur
lagi. Saya juga pernah memulai membiasakan untuk selalu online setiap bangun
pagi agar tetap melek, namun hal itu sia-sia, karena setelah mata mulai lelah
menatap layar komputer mata terasa berat dan akhirnya tidur lagi.
Berbagai
cara sudah saya lakukan untuk mengatasi penyakit yang membuat semakin subur
rasa malas ini, namun dari semua cara semua hanya beberapa hari saja dapat
berjalan, karena ketidak konsistenan dalam melakukan semua itu. Saya mulai
melakukan analisis terhadap penyakit ini, yaitu penyakit yang saya anggap sudah
mulai serius dan akan berpengaruh terhadap semua hal yang akan saya lakukan.
Pertama yang
saya lakukan adalah mengenai apa yang menyebabkan saya tertarik untuk melakukan
tidur lagi setelah sholat shubuh. Setelah saya pikirkan dan saya renungkan
ternyata tidur lagi adalah sebagai jawaban atas ketiadaan kegiatan yang saya
lakukan setelah bangun tidur, hingga tidur lagi saya anggap sebagai cara yang
paling efektif untuk mengisi kekosongan ini. Namun kenapa meski sudah ada
kegiatan penyakit ini seakan mudah kambuh lagi? Hal ini ternyata disebabkan
kebosanan yang saya alami, hanya melakukan hal-hal yang itu-itu saja tiap pagi
membuat saya lebih memilih tidur lagi. Inilah kenapa saya harus merencanakan
apa saja yang akan dilakukan untuk besok pagi. Terutama untuk membuat jadwal
pagi yang berganti-ganti misalnya berganti-ganti tempat sarapan, atau ganti
kegiatan dari bersih-bersih kamar berganti nyetrika baju. Dan saya usahan
kegiatan yang produktif termasuk menulis catatan baik di facebook atau di blog.
Semua yang
saya lakukan untuk menghindarkan pikiran menuju ke tempat tidur lagi tidak akan
berhasil meski sudah membuat jadwal yang terencana tapi tidak diikuti dengan
kedisiplinan dan konsisten tentunya. Ini adalah awal dimana saya akan memulai
hari dengan cara yang tidak biasa dari hari-hari yang lalu. Saya harus berusaha
untuk mengobati penyakit ini, karena semua sudah jelas dan saya juga tahu apa
yang harus saya lakukan. Tinggal eksekusi dengan action serta didukung dengan
kedisipilnan beserta bersifat konsisten.
Inilah
alasan saya mengapa saya menulis ini, tentu untuk mengobat penyakit ini, dan
tulisan ini sebagai penguat bahwa saya akan serius dalam mengobati penyakit
ini, sehingga ketika saya mulai kambuh dengan penyakit ini saya akan membaca
tulisan ini.
Bangun pagi
sebenarnya sangat baik untuk kesehatan baik secara jasmani maupun rohani, karena
selain dapat menyehatkan, bangun pagi juga mampu membuat jiwa menjadi sangat
bersemangat menjalani hari. Hal ini memang sangat subyektif karena hanya
berdasarkan pengalaman saya sendiri. Karena saya pernah mersakan ketika saya
bangun siang, saya menjadi malas untuk melakukan apa-apa, bahkan hanya sekedar
mandi pagi saya malas, bangun hanya untuk makan, setelah itu hanya tiduran di
depan layar telivisi. Lain halnya ketika saya bangun pagi, saya lebih
bersemangat dan lebih produktif tentunya.
Sebagai
akhir catatan, semoga saya konsisten dan disiplin dalam bangun pagi dan tidak
terjebak dalam kenikmatan sesaat tidur kedua.
Semoga tetap
disiplin dan konsisten.