Dari pagi
hingga siang, langit solo sangat cerah. Cuaca yang cerah membuat solo menjadi
panas. Kicauan di sosmed tidak jauh dari keluhan panasnya udara solo. Saya juga
mengalami panasnya udara solo siang itu. Dan panasnya cuaca membuat penyakit
biang keringat saya seakan menemukan kembali habitatnya. Siang itu badan saya
gatal-gatal dan mengharuskan saya berluluran bedak seperti halnya bayi setelah
dimandikan.
Udara panas mengeluhkan panasnya udara. Ketika hujan, mengeluh kenapa hujan tak kunjung reda. Sangat manusiawi. Sorenya saya memutuskan untuk pulang. Saya lebih memilih pulang agak sore tepatnya menjelang magrib, agar udara sore sudah tak sepanas siang harinya. Sesuai rencana, sehabis mandi sore dengan perlengkapan lengkap di tas, charher HP dan buku bacaan sudah tertata rapi di tas. Tidak lupa selama perjalanan dengan memasang earphone di telinga untuk mendengar lagu-lagu yang ada di HP. Memang sebenarnya bukanlah hal yang baik mendengarkan musik ketika perjalanan, apalagi naik motor. Namun saya lebih memilih mendengarkan mp3 melalui earphone daripada stres di jalan melihat kelakuan sesama pengendara motor yang lebih terkesan ingin menang sendiri, serta menganggap dirinyalah yang paling sibuk hingga takut waktunya terbuang sia-sia di jalanan.
Di
pertengahan jalan, saya merasakan titik-titik air mulai berjatuhan dari
petangnya langit sore itu. Aneh memang, hampir seharian langit solo sangat
cerah dengan udara yang panas. Tapi sore itu nampak langit colomadu yang merupakan
daerah yang masih dibilang sangat dekat solo malah hujan sangat deras. Awalnya
saya mengira bahwa boyolali pasti juga hujan deras. Dalam hati saya menyalahkan
orang rumah yang biasanya memberi kabar bahwa di rumah lagi hujan, dan diakhiri
dengan berpesan agar saya hati-hati di jalan. Namun kali ini tidak ada kabar
sama sekali.
Saya
menikmati perjalanan meski hujan sangat deras. Sesampai di jalanan
Solo-semarang dan sudah memasuki wilayah boyolali hujan semakin tipis dan
semakin jauh malah udara menjadi panas serta langit pun masih sangat cerah.
Saya melihat sekitar, ternyata malah belum hujan sama sekali, karena bisa saya
terlihat aspal yang masih kering.
Tuhan pun
mulai bercanda dengan hambanya melalui alamNya yang terus berganti tanpa bisa
diperkirakan. Awalnya panas, tiba-tiba menjadi hujan deras dan berganti lagi
menjadi panas lagi. Tuhan ternyata juga memiliki humor terhadap hambanya.
Melalui alamNya membuat panas, hujan dan kembali panas lagi bukanlah hal sulit
bagi Tuhan yang menguasai segala isi bumi. Tentu kejadian ini bukan hanya saya
yang mengalami, perjalanan dari solo ke boyolali melalui jalan alternatif
melalui colomadu begitu ramai, saya juga tahu ketika mereka tergesa-gesa
berhenti ketika sudah mulai hujan dan langsung menggunakan jas hujan, ada juga
beberapa yang memilih berteduh di pinggir jalan karena lupa membawa jas hujan,
karena bisa jadi mereka juga tidak memprediksi akan terjadi hujan.
Saya
bukan juga orang yang over confident karena terlalu GR hingga mengira bahwa
Tuhan telah mengajak bercanda dengan saya. Saya tahu betul bahwa diri ini
sangatlah kecil di mata Tuhan. Tapi satu yang perlu diingat betul bahwa
bukanlah hal yang sulit untuk membuat cuaca menjadi panas, kemudian hujan
deras, selang beberapa saat kemudian menjadi panas lagi. Solo saat ini cuaca
panas, namun colomadu yang jaraknya sangat dekat solo malah hujan deras, hal
itu adalah rahasia Tuhan, mungkin pada saat itu colomadu lebih membutuhkan
hujan dari pada solo dan boyolali.
Sekian
semoga hari-hari selanjutnya menjadi lebih enjoy dalam menikmati perjalanan
hidup ini. Karena hidup bisa berarti cobaan juga berarti kenikmatan. Nikmati
saja karena terkadang Tuhan juga bercanda dengan Hambanya baik melalui alamNya
maupun makhluk-makhluk lainNya. Terkadang juga melalui cobaan yang diberikan
serta rizki yang selalu dilimpahkan kepada hambaNya.