Setan, pertama mendengarkan kata setan, pertama kali yang terbayang
adalah sesosok makhluk yang menyeramkan yang hidup di dunia lain, yang
terkadang narsis juga menampakan diri kepada manusia. Sebelum lebih jauh bicara
soal setan, ada yang perlu diketahui, bahwa saya bukanlah seorang indigo, yaitu manusia yang (katanya)
bisa melihat sosok setan atau hantu. Tak perlulah saya menjadi seorang indigo atau membuka mata batin saya
untuk melihat sosok-sosok setan yang (katanya) wujudnya menyeramkan, karena
dengan mata normal saja saya sudah sangat puas dengan melihat berbagai makhluk
ciptaan Tuhan, wanita misalnya J
Saya juga bukan salah satu tim pemburu hantu atau setan, namun saya
hanyalah seorang pecundang yang lebih enjoy menuliskan hal-hal yang menurut
saya aneh dan patut untuk dibicarakan melalui tulisan. Tulisan yang memang tak
berharap ada yang membaca. Karena saya tahu, bahwa saya adalah penulis
sekaligus pembaca atas tulisan-tulisan saya. Jika ada yang membaca tulisan
saya, bisa dipastikan bahwa ia sedang nyasar ke blog saya ini.
Kembali lagi soal setan, sebanarnya setan adalah produk dari budaya,
karena visualisasi atau karakter setan istilah dalam film animasinya,
berbeda-beda. Jangankan antar Negara, antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain saja terkadang berbeda-beda. Menurut saya setan adalah produk budaya
yang berasal dari cerita dari mulut ke mulut, dan dalam perkembangan zaman
timbul lah ide untuk memvisualisasikan dalam bentuk film.
Setan kini telah merdeka dengan status mereka. Betapa tidak, sekarang setan sudah tak
seseram dahulu lagi, sepertinya manusia sudah mulai berpikir bahwa visualisasi
dari setan adalah prosuk dari pikiran manusia itu sendiri, bisa jadi apa yang
divisualisasikan setan seperti yang ada dalam film-film horror di Indonesia
adalah bentuk kreatifitas manusia melalui imajinasinya, sehingga terbentuklah
karakter setan, seperti kuntil anak, pocong, suster ngesot, hantu tanah kusir
dan masih banyak lagi. Setan juga sudah tak dijadikan kambing hitam lagi dengan
mengatasnamakan setan setiap terjadi kebiadaban tingkah laku manusia dengan
bersembunyi dibalik kata “khilaf”. Setiap perbuatan manusia yang menyimpang
moral dan berbau asusila selalu di indentikan dengan perbuatan setan, salah apa
setan sebenarnya? Saya jadi teringat dengan guyonan Emha ketika dalam suatu
acara, “Setan itu curhat dengan saya,
katanya sekarang malah pada nggak ada kerjaan, lha wong anggota dewan disuruh
setan ambil uang rakyat 5 milyar saja, tapi yang diambil malah 10 Milyar” lucu
memang, tapi hal itu menunjukan bahwa tak perlulah setan capek-capek menggoda
manusia untuk berbuat keji dan mungkar, karena dalam hati manusia itu sendiri
tumbuh benih-benih keserakahan. Dunia menjadi hal yang utama bagi manusia
karena dunia adalah sesuatu yang nyata dan akherat adalah hal yang semu,
padahal akherat yang katanya semu itu malah menyimpan dunia yang kekal,
sedangkan dunia yang menurut manusia adalah hal yang nyata ini, sesungguhnya
hanya sementara. Maaf saya tidak bermaksud
mau pengajian ya J
Setan kini merdeka, kenapa saya berani bilang merdeka? Karena saya
menganggap setan sedikit demi sedikit sudah menghilang efek seram dari setan
itu sendiri. Yang ada, setan sekarang malah identik dengan makanan pedas, lihat
saja ada bakso setan, rawon setan, mia ayam setan, mie setan, tidak hanya hanya
itu sekarang ada juga es pocong. Betapa bahagianya setan-setan ketika
nama-namanya malah bisa dijadikan nilai jual untuk nama-nama makanan. Bisa
dibayangkan jika setan-setan itu menarik roayalty atas nama mereka yang
digunakan sebagai merk dagang, berapa duit setan akan meraup pundi-pundi rupiah
dari hasil royalty tersebut? Untuk saja setan bukan seperti manusia yang
terkadang men-Tuhankan uang. Lagian setan
juga nggak butuh uang juga kan.
Betapa setan akan merayakan suka cita ini ketika mereka tahu bahwa apa
yang divisualisasikan oleh manusia tentang spesiesnya sudah tidak lagi membuat
manusia ketakutan. Mereka para produser film telah berhasil membuat apa yang
divisualisasikan tentang setan melekat pada pikiran penonton, termasuk saya
sendiri. Apa yang ada di dalam pikiran saya ketika saya sedang berada di dalam
kamar mandi tengah malam, ketika saya berjalan sendiri di tempat yang sepi, semua
tidak bisa lepas dari apa yang saya tonton ketika saya menonton film-film horor
itu. Mereka para sineas film mampu menjual ketakutan para penonton, karena
sejatinya apa yang dibeli oleh penonton bukanlah hiburan melainkan sebuah
karakter setan, layaknya karakter dalam sebuah film animasi yang menetap dalam
ingatan seseorang.
Dalam hati saya ada sedikit pertanyaan, bagaimana seandainya ketika
masih kecil anak-anak tidak di jejali dengan cerita-cerita horor, kemudian
diberi visualisasi tentang setan sebagi karakter yang lucu layaknya film
kartun, mungkin setan bukanlah sosok yang menakutkan lagi.
Selamat kepada setan-setan, meski saya sendiri secara pribadi belum
melihat akan penampakan setan, saya juga tidak ingin melihat penampakanmu.
Cukuplah apa yang saya lihat adalah makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang dibuat
untuk bisa dilihat manusia. Mengenai orang-orang yang katanya mampu melihat
hantu atau setan, serta mampu membuka mata batin seseorang kemudian bisa
melihat, saya tidak tertarik dengan hal itu. Karena bagi saya, terlepas benar
dan tidaknya setan yang mereka lihat, pasti ada tujuannya. Dan saya hingga saat
ini belum tahu apa manfaatnya bisa melihat hantu, kecuali bisa shooting di
acara mister tukul jalan-jalan dan masih dunia lain.
Sekian dan terima kasih J