Beberapa hari yang lalu, ketika saya mampir ke sukoharjo saya berencana
untuk berbuka sekaligus sahur ditempat Mbah. Sudah hampir dua minggu saya tidak
pulang ke sukoharjo karena banyaknya aktifitas di solo yang mengharuskan saya
sok sibuk J
Saya juga sempatkan untuk sholat isya dan teraweh berjamaah di masjid, dimana
masjid itu adalah salah satu tempat saya belajar ilmu agama mulai belajar iqro
(TPA) serta belajar sholat. Meski saya tidak sampai selesai karena aktifitas
dunia lebih menarik kala itu. Iya, saya hoby bermain bola dari kecil membuat
saya tidak menomer satukan mengaji, padahal mengaji lebih penting dari pada
sekedar bermain bola. Namun kala itu yang ada dalam pikiran saya adalah hanya
bermain, bermain dan bermain.
Di masjid tempat saya sholat isya dan teraweh, tidak seperti hari biasa,
seperti halnya masjid-masjid kebanyakan, pada bulan ramadhan selalu ramai
dengan orang-orang yang ingin sholat berjamaah. Saya berjalan kaki menuju
masjid. Jarak masjid dengan rumah relatif dekat, pikirku sekalian olahraga
mengingat aktifitas fisik mulai berkurang sehingga jalan kaki bisa jadi alternatif
utuk membuat badan menjadi tetap sehat.
Sesampai di masjid, meski ada beberapa orang yang menunggu iqomat di
luar masjid, saya lebih memilih langsung masuk ke masjid, ketika mau masuk
masjid saya melihat seorang lelaki yang tidak begitu asing menurut saya, saya
lihat dengan seksama kemudian saya duduk tepat di dekatnya, karena saya datang
sudah mendekati waktu iqomat saya langsung duduk dan tidak sholat sunah dua
rekaat terlebih dahulu. Saya mencoba membangkitkan memori tentang seorang
laki-laki di dekat saya tersebut. Setelah beberapa detik barulah saya ingat
bahwa laki-laki tersebut tidak lain adalah teman saya ketika masih SD. Saya mencoba
untuk menyapanya namun sepertinya dia tidak lagi mengenaliku. Bisa dimaklumi
lah mengingat dia pernah pindah ke Kalimantan hampir 10 tahun yang lalu. Meski dia
belum juga mengenaliku saya berusaha bersikap ramah dan mempertanyakan kabar
dan hal-hal lain. Dari percakapan itulah saya mengetahui bahwa sudah sekiatar 5
bulan dirinya berada di kampung. Ketika mengobrol dia sangat bersikap ramah
denganku, meski dia belum juga mengenaliku.
Saya ingat betul ketika ada kabar dari desa sebelah bahwa beberapa bulan
sebelumnya dirinya pulang, ada kabar
bahwa dirinya di Kalimantan mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dirinya
koma beberpa hari. Saya jadi berpikir apakah dia tidak bisa mengenaliku karena
akibat dari kecelakan itu. Namun 10
tahun juga bukan waktu yang sebentar, jadi menurutku bisa saja dia sudah
pangling atau lupa denganku.
Saya mungkin bukanlah orang yang mudah melupakan seseorang, apalagi
orang tersebut pernah menjadi teman saya. Saya ingat betul dengan teman lama
saya tersebut, karena ketika pergi atau pulang ke sekolah saat SD, saya sering
bersama. Dirinya yang lebih pendiam membuatku tidak begitu akrab. Namun satu
hal yang membuatku ingat dengan dirinya, bahwa saya dan dirinya pernah suatu
ketika pas jam pulang sekolah sempat berantem hanya gara-gara mainan yang
harganya bisa dikatakan tidak seberapa. Namun kala itu saya rela berantem dan
saya masih ingat betul kejadian itu. Karena pada saat itu saya berhasil
membuatnya menangis dan karena saat itu masih kecil dan tidak tahu harus
berbuat apa, saya kemudian lari meninggalkannya. Dasar orang yang tidak
bertanggung jawab kamu rik, pikirku sambil tertawa kecil saat menulis ini.
Pertemuan yang mampu membuat saya mengingat kembali kenakalan semasa SD.
Meski dia tidak lagi mengenaliku, atau mungkin sebenarnya dia ingat namun masih
dendam denganku, namun saya juga ingin memohon maaf atas keisengan dan
kenakalanku kala itu. Meski dia tidak lagi mengenaliku saya msih tetap akan
menganggapnya sebagai teman, mengingat dulu saya pernah berbuat nakal dengannya
dengan bertengkar dan membuatnya menangis. Doaku selalu menyertainya agar
selalu diberi kesehatan dan panjang umur serta di mudahkan rejekinya dan
didekatkan dengan jodohnya. Doa ini sebanrnya mendoakan orang lain sekaligus
mendoakan diri sendiri, karena saya yang berdoa dan saya juga yang teriak aminnya
paling kenceng J
Beberapa saat kemduian terdengarlah orang yang iqomat, dan saya dan
dirinya berdiri bersebelahan untuk menuaikan ibadah sholat isya, teraweh dan ditutup
dengan sholat witir secara berjamaah.
Pertemuan yang singkat, namun mampu membangkitkan memori mengenai
kenakalan masa kecil.