Tidak terasa sudah satu tahun aku
hidup dalam rutinitas. Dan tidak sadar pula kalau cuti tahunanku sudah lahir,
serta sudah dipotong dengan cuti lebaran kemaren. Beruntung aku bisa sedikit keluar dari
rutinitas, karena aku bekerja dengan sistem shift.
Awalnya terdengar wagu, seorang staff
HRD namun bekerja secara shift.
Mungkin hal ini hanya terjadi di tempatku bekerja. Dua minggu aku masuk pagi
dan dua minggu aku masuk siang, agar aku dan partner kerja, sekaligus supervisorku bisa bertemu dengan dua shift, baik shift A maupun shift B. Karena
di tempatku bekerja, hanya ada dua shift.
Aku hidup dalam rutinitasku, ketika
aku masuk shift pagi. Habis subuh,
kira-kira sekitar pukul 04.30 pagi aku harus menyalakan air dan segera mandi,
pukul 05.00 aku harus segera berangkat ke kantor. Target sampai kantor maksimal
pukul 05.30, namun biasanya sebelum itu, aku sudah sampai di kantor, meski bisa
dibilang aku berkendara dengan lumayan santai, yaitu dengan kecepatan rata-rata
50km/jam.
Sampai di kantor, dengan memasang
muka kecut tanpa senyum berdiri di depan gerbang untuk memastikan karyawan
segera masuk dan mulai bekerja. Sampai sekitar pukul 05.45, aku menunggu
beberapa menit, hanya untuk memastikan tidak ada yang terlambat. Jika ada yang
terlambat segera aku beri sedikit sarapan pagi untuk mereka, tentu dengan nada
santai untuk menyinggung keterlambatan mereka sambil membubuhkan tanda tangan
pada surat terlambat.
Habis itu pergi ke office, menyalakan komputer, sambil
menunggu, aku membuat secangkir kopi. Aku terbiasa ngopi meski perutku masih
dalam keadaan kosong belum kemasukan nasi sama sekali. Pagi dan sore hari
adalah waktu kesukaanku untuk menyruput minuman hitam pekat itu. Sambil
menunggu kopi menghangat, aku membaca berita-berita di media online, seperti
kompas.com, cnn Indonesia, membaca artikel di mojok.co atau di minumkopi.com.
Ohiya, karena berangkat terlalu pagi, biasanya ritual buang hajat, baru aku
tunaikan ketika sudah di kantor, dan itu menjadi bagian dari rutinitasku.
Kemudian aku turun ke produksi,
mengecek absensi secara langsung dari user
untuk tiap-tiap bagian, sembari mendengarkan keluhan tentang kinerja serta
absensi karyawan, serta melakukan pembinaan jika diperlukan. Dan terkadang aku
juga mulai bosan dengan keluhan yang itu-itu saja.
Setelah itu, sekitar pukul 07.00
melakukan briefing dengan karyawan
baru (jika ada karyawan baru yang pertama kali mulai bekerja), biasanya
menjelaskan tentang masalah jam kerja, fasilitas-fasilitas perusahaan, BPJS, sistem
penggajian, dan semua hal yang ada dalam perjanjian kerja. Baru kemudian aku
mengantarkan berkas kepada admin untuk segera di input. Serta mengantarkan karyawan baru tersebut untuk diserahkan
kepada user.
Kemudian aku menuju ruang rekruitmen.
Dan di ruang rekruitmen itulah aku merasa senang dengan pekerjaanku, karena aku
bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda,
serta dari latar belakang yang berbeda pula, baik dari tempat tinggal, pendidikan
serta pengalaman. Di ruang rekruitmen itu pula aku terkadang belajar dari orang-orang
yang aku interview. Dari hasil interview, aku memberikan penilaian
untuk bisa lanjut atau tidak, jika lanjut akan segera aku tes-kan kesehatan
terlebih dahulu sebelum aku tes-kan ke user. Dan jika diperlukan, baru aku
melakukan psikotest (biasanya untuk level staff), jika hasil psikotesnya bagus baru dipanggil lagi untuk finalisasi, biasanya
berkaitan tentang gaji dan kapan bisa mulai bekerja.
Karena aku masuk shift pagi, jadi aku pulangnya lebih awal, dari pada yang dayshift, yaitu yang masuk jam 08.00. Biasanya
aku maksimal pulang jam 15.00, aku tidak langsung pulang, melainkan mampir dulu
di warung depan, memesan es jeruk atau es teh tawar, sambil mengobrol dengan
rekan kerja yang juga masuk shift
pagi.
Sekitar pukul 16.00 aku pulang, sholat
ashar kemudian istirahat sebentar selama kurang lebih satu jam, kemudian bangun
untuk menyalakan hitter di dispenser,
sambil menunggu panas aku tinggal mandi dulu, baru setelah selesai mandi aku
membuat secangkir kopi soreku dengan ditemani cemilan seperti biscuit, atau apa
saja sebagai teman ngopi. Sambil menunggu magrib, aku membuka laptop, memainkan
music, baca-baca ebook, atau buku kalau mood sedang lagi baik. Dan buku fiksi,
yang biasanya aku suka.
Adzan magrib aku segera bergegas,
jika ada kajian (biasanya, ketika senin malam dan kamis malam) aku tetap di masjid
ikut kajian sambil menunggu sholat isya, namun jika tidak ada aku kembali lagi
meneruskan baca-baca e-book atau
buku. Atau buka facebook atau media sosial lainya untuk melihat apa yang sedang
ramai di media sosial.
Kemudian cari makan, aku lebih
memilih angkringan karena di angkringan selain tidak perlu merogoh kocek
terlalu dalam, di sana biasanya banyak orang yang berkumpul meski hanya memesan
segelas kopi dan rokok, kemudian aku bisa saling mengobrol dan berbagi. Baru
setelah itu sekitar pukul 21.00 pulang untuk tidur. Namun sialnya tetap saja
baru sekitar pukul 23.00-an aku baru bisa tidur. Itu pun karena mataku sudah
mulai pedas karena lelah membaca buku, atau ebook di layar laptopku.
Ketika masuk shift siang, aku memiliki banyak waktu luang di pagi harinya. Aku
bangun seperti biasa, namun habis shubuh aku rebahkan kembali tubuhku yang
masih capek ini. Biasanya baru mandi pagi sekitar pukul 07.00 pagi. Sebelum mandi aku menyalakan hitter di dispenser, kemudian aku
tinggal mandi, selesai mandi biasanya air sudah panas, membuat kopi yang
sengaja aku buat terasa manis. Sambil menunggu kopi menghangat aku membuka
laptop, memainkan music, membaca-baca berita di media sosial, membaca buku dan
sesekali menyruput kopi. Atau terkadang waktu luang pagi aku gunakan untuk
mencuci atau menyeterika.
Menjelang pukul 11.00 siang, aku
berusaha untuk memejamkan mata sebentar saja, sampai terdengar adzan dhuhur,
kemudian sholat dhuhur di masjid, setelah sholat, aku kemudian ngemil atau
makan siang, tapi kalau sedang malas makan siang aku memilih merebahkan kembali
tubuhku diatas kasur sambil menunggu kurang lebih pukul 13.00. Kemudian aku
mandi dan bersiap-siap untuk bekerja. Hal aneh ketika setelah mandi biasanya
adalah, yang awalnya sedang males makan, rasa malas itu berganti dengan rasa
lapar yang luar biasa, biasanya aku memilih makan di warung depan tempatku
bekerja, sekalian mengobrol dengan rekan kerja yang sama-sama masuk siang. Baru
sekitar pukul 14.00 aku masuk kantor, mengobrol dengan partner sekaligus supervisorku tentang bagaimana rekruitmen hari
itu, masalah headcount yang belum
terpenuhi dan permasalahan apa yang terjadi di produksi.
Hampir sama dengan ketika aku masuk
pagi, aku berdiri di dekat mesin absen karyawan, memastikan karyawan segera
masuk dengan tertib, karena untuk shift
siang itu proses over shift, yaitu
pergantian dari shift pagi ke shift siang sehingga sedikit gaduh. Dan
aku harus memastikan itu berjalan lancar. Kemudian setelah tidak ada karyawan
yag terlambat aku masuk ke produksi sebentar, melakukan hal-hal yang biasa aku
lakukan ketika masuk pagi.
Kemudian setelah office sudah mulai sepi, karena yang dayshift sudah mulai pulang aku ke atas untuk membuat kopi soreku. Menikmati
kopi sore sambil menungu adzan magrib kemudian sholat magrib dan istirahat
untuk makan malam.
Ketika kantor sudah sepi dan hanya
ada saya dan admin yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, biasanya aku
memonopoli internet kantor untuk berselanjar di dunia maya. Iya, aku lebih
sering youtube-an di kantor untuk membunuh waktu. Selain aku membaca
artikel-artikel yang sedang ramai di media sosial.
Yang begitulah rutinitas yang selama
ini aku jalani. Aku juga sadar bahwa rutinitas itu suatu saat akan membunuhku
dengan kenyamanan-kenyamanan semu. Aku memang jarang duduk di office dan stay di mejaku, karena aku mudah bosan ketika berada di dalam
ruangan dingin ber-ac itu. Hampir sebagian besar waktu kerjaku habis di
produksi, poliklinik, serta di ruang rekruitmen.
Dan sebagai HRD yang terjun langsung
ke lapangan aku jadi lebih tahu tentang permasalahan apa yang sedang terjadi di
produksi, aku jadi tidak mudah percaya dengan user yang selalu meminta segera dalam mememenuhi SDM, karena aku
tahu persis kondisi di lapangan.
Aku senang ketika terjun langsung ke
produksi, melihat wajah-wajah karyawan, terutama level pelaksana, bukan karena
karyawannya cantik-cantik, bukan! karyawan di tempatku bekerja di dominasi oleh
Ibu-ibu muda. Meski ada beberapa yang sudah seusia dengan Ibuku, serta ada juga
yang masih muda, baru lulus SMA. Wajah-wajah tanpa topeng yang bekerja penuh
dengan keikhlasan. Aku terkadang mengobrol dengan mereka untuk mengetahui
sediki latar belakang mereka.
Apakah aku bosan atau suntuk dengan
rutinitasku? Jelas aku bosan dengan rutinitas ini. Namun aku selalu berusaha
agar aku tidak “gila” karena hidup dalam rutinitas ini. Membuat
komitmen-komitmen kecil yang harus aku penuhi, keputusan-keputusan kecil dalam
hidupku, kemudian terkadang aku suka berkendara dengan sepeda motorku tanpa aku
tahu tujuannya. Iys berkendara motor tanpa tujuan, adalah hal yang biasa aku
lakukan agar aku tidak terjebak dalam rutinitas.
Ketika aku sedang ingin keluar. Aku
selalu berharap tidak ada yang bertanya kepadaku “Mau, kemana, Mas?” biasanya
hanya aku jawab dengan singkat “Ingin keluar sebentar” dan berharap tidak ada
pertanyaan lanjutan yang lebih spesifik lagi tentang kemana aku akan pergi. Karena
aku sendiri juga tidak tahu kemana aku akan pergi. Mungkin orang lain akan
menganggapku “gila”, karena pergi tanpa tujuan dan hanya buang-buang bensin.
Padahal aku sedang berusaha agar aku tidak gila.
“Mungkin orang lain akan menganggapku
“gila”, karena pergi tanpa tujuan dan hanya buang-buang bensin. Padahal aku
sedang berusaha agar aku tidak gila”
Biasanya aku berhenti di sebuah
angkringan pinggir jalan yang sebelumya belum pernah aku kesana, kemudian
memesan teh panas, mengambil beberapa gorengan, serta mendengarkan
obrolan-obrolan di angkringa tersebut. Iya, aku hanya sebagai pendengar setia.
Atau aku akan kembali lagi ke
angkringan, tempat biasa aku mampir, bertemu dengan pasangan yang usianya sudah
tidak lagi muda, yang merupakan langganan di angkringan tersebut. Biasanya
mereka datang ke angkringan tersebut agak malam, menunggu anakknya tertidur
pulas terlebih dahulu. Kemudian ada anak muda yang usianya masih di bawahku. Ia
pernah gagal tiga kali kala mencoba masuk AKMIL, namun kini ia sudah sadar
bahwa bukan di sana rejekinya, tapi di burung. Ia adalah pecinta burung,
terutama labet, dan sekarang mencoba berternak murai. Ia sangat antusias ketika
berbicara soal burung serta perlombaan burung. Dan terakhir aku mendengar
burungnya laku 40 juta. Ia tahu bagaimana cara berternak burung agar dilirik
banyak orang. Membeli burung yang bagus kemudian diikutkan lomba-lomba hingga
burung itu menjadi juara, kemudian burung itu dijadikan master, jadilah ia
memiliki trah yang memiliki nilai
jual.
Hingga dalam sunyinya malam aku
merenung, “Aku harus mencari kebahagian di tempat lain, ketika aku belum bisa
menemukan kebahagiaan dalam pekerjaanku” Dan mungkin menulis adalah salah satu
yang bisa aku lakukan agar aku tetap hidup normal.