Hari ini tepat tanggal 30 September.
Hari dimana rakyat Indonesia beramai-ramai memasang bendera setengah tiang,
sebagai wujud duka atas tragedi yang lebih dikenal dengan G 30S. Masih samar
teringat dalam pelajaran sejarah ketika saya masih duduk di bangku sekolah mengenai
tragedi G 30S, yiatu suatu gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh partai
yang berlambang palu dan celurit, yang berusaha mengambil alih pemerintahan.
Atau bisa dikatakan suatu pemberontakan terhadap NKRI. Namun demikian kebenaran
sejarah yang saya yakini pada saat itu, ternyata masih simpang siur. Ada
beberapa kalangan yang menilai tentang adanya kebohongan sejarah yang dilakukan
pemerintahan orde baru. Hingga saat ini siapa dibalik tragedi G 30S masih terus
menjadi bahan perdebatan.
Kondisi Presiden Soekarno yang pada
saat itu sedang tidak dalam keadaan sehat, bahkan kondisi kesehatan yang
semakin menurun, membuat lawan politik mulai mengincar kursi Presiden
Indonesia. Dan puncaknya adalah penculikan serta pembunuhan terhadap 7 jenderal
yang dibunuh secara mengenaskan serta dibuang di sumur lubang buaya, serta
adanya ancaman terhadap kudeta pemerintahan pada saat itu, semua itu “diduga”
didalangi oleh partai yang berlambang palu dan celurit tersebut. Begitulah
kira-kira secuil sejarah yang saya yakini kebenarannya ketika saya menganggap
apa yang saya pelajari ketika masih duduk di bangku sekolah adalah sebuah
pengetahuan. Ditambah dengan adanya film tentang pengkhiantan G30S yang sering
diputar ketika masa pemerintahan order baru seakan menggambarkan betapa
sadisnya peristiwa itu. Seakan menjadi sebuah pembenaran tentang aksi penumpasan
simpatisan partai yang berlambang palu dan celurit tersebut, ditangkap sebagai
tahanan politik tanpa melalui proses peradilan, serta bahkan hingga ada yang
dibunuh.
Baru setelah era reformasi ini, ditambah
lagi dengan era media sosial seperti jaman sekarang, ketika setiap orang bebas
untuk mengungkapkan pendapat. Barulah muncul tentang fakta-fakta yang terungkap
tentang apa yang sebenanarya terjadi dibalik G 30S. Mulai keterlibatan badan
inteligen dari Negara asing yang sudah lama mengincar Indonesia dengan segala
kekayaan alamnya, bahkan saat ini orang asing tersebut benar-benar menguasai
sebagian wilayah Indonesia, sebut saja Freeport. Dan perdebatan-perdebatan yang
akhir-akhir ini adalah keterlibatan sang penguasa orde baru yang menjadi dalang
dibalik G 30S. Tentu ini hanya asumsi saya semata serta tak perlu diyakini
sebagai sebuah kebenaran sejarah.
Membaca secuil sejarah tentang G30S
PKI, saya malah menjadi teringat dengan sebuah cerita dalam drama korea yang
berjudul “City Hunter” (kalau tidak salah). Hehehe maklum di antara ke-selo-an
saya, menonton film adalah hal yang menarik disambing mendengarkan musik atau
sekedar ngeblog. Dalam drama korea tersebut bercerita tentang upaya balas
dendam terhadap orang-orang yang terlibat dalam “operasi sapu bersih” dimana
dalang dibalik operasi sapu bersih tersebut saat itu menjadi presiden, serta
orang-orang yang terlibat menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan
seperti menteri. Menjadi dramatis ketika orang yang melancarkan balas dendam
adalah orang yang sebenarnya anak kandung dari presiden tersebut, embuhlah begitu kira-kira ceritanya,
hehehehe silakan tonton sendiri filmnya.
Dan yang terakhir, dan ini adalah
inti dari tulisan saya kali ini, tepat tanggal 30 September, ketika rakyat
Indonesia mengibarkan bendera setengah tiang sebagai peringatan adanya
peristiwa G 30S, meski hingga saat ini masih menjadi perdebatan mengenai kebenaran
sejarah tersebut. Dan tepat pada tanggal yang sama pula, yaitu 30 September,
tepatnya 25 tahun yang lalu, seorang Ibu dengan susah payah melahirkan seorang
anak laki-laki, dengan penuh pengorbanan bahkan rela mempertaruhan nyawanya
untuk melahirkan anaknya tersebut. Kini anak tersebut sudah mulai tumbuh
menjadi anak yang dewasa, yang terus belajar untuk mandiri, serta mencoba untuk
menemukan kebahagian dalam dirinya, sebelum mengajak orang lain untuk bahagia
bersama. Dan laki-laki yang dilahirkan itu adalah saya
Selamat ulang tahun, saya!
sumber gambar : google