Saya sangat tahu betul suara adzan
yang dilatunkan oleh oleh seorang Bapak-bapak yang usianya sudah tidak lagi
muda, namun juga belum terlalu tua. Saya lupa namanya, tapi sebut saja namanya Pak
udin, tentu bukan nama sebenarnya. Saya sering melihatnya ketika sholat
berjamaah di masjid dekat tempat singgah
saya saat ini. Beliau bukanlah seorang yang bersuara merdu, suara adzan yang
terkadang terdengar (maaf) kuang jelas, namun warga sekitar tidak pernah
menyoalkan karena justru Pak udin lah yang sering adzan.
Orangnya tinggi dengan kulit berwarna
hitam, nampak Pak udin adalah seorang lelaki pekerja keras. Saya ingat ketika pertama
kali ikut sholat berjamaah, beliau langsung menyalami dengan mengajak berjabat
tangan. Kala itu memang agak aneh dengan kondisi tangan kanannya. Ketika saya
berjabat tangan dengannya, tangannya begitu kaku, dan seperti tidak bisa saling
berjabat tangan erat dengan saya. Saya pun hanya menganggap hal itu adalah hal
yang biasa saja. Mungkin tangannya memang seperi itu. Pikirku kala itu.
Hingga sutau hari ketika saya sedang
nongkrong di angkringan, kebetulan
beliau juga sedang di angkringan juga. Saya pun sedikit mencari tahu tentang dirinya.
Ternyata beliau dulu pernah bekerja sebagai kenek Bus, dan sekarang ia bekerja
sebagai orang yang disuruh-suruh oleh warga untuk bersih-bersih, dan oleh warga
ditunjuk untuk menjaga kebersihan masjid. Jadi mungkin karena itu juga saya
sering melihat sholat berjamaah.
Suatu hari saya nongkrong di
angkringan, dan kebetulan beliau ada disitu juga. Beliau memesan mie goreng. Saya
pun hanya sekedar wedangan dan mengobrol santai dengan mereka. Dan ketika
beliau sedang makan, saya melihat bahwa beliau makan dengan menggunakan tangan
kiri. Kemudian datanglah seorang Ustad muda, yang nampaknya ia baru saja pulang
dari masjid. Sang ustad muda, menegurnya “lho
kok makan pake tangan kiri to Pak dhe? Mbok usaha pake tangan kanan. Kan hadisnya
sudah jelas. Bahwa Nabi saw menyuruh kita untuk makan dengan tangan kanan” Si
Ustad muda nampakya sedang bersemangat dalam berdakwah, saya pun hanya menyimak
saja.
Situasi kala itu sedikit berbeda, sebelum
si Ustad muda menjelaskan panjang lebar hadis-hadisnya, nampak si penjual
angkringan berusaha menetralkan suasana. Saya tahu betul apa yang dilakukan
oleh penjual angkringan, tentu agar Pak Udin tidak tersinggung dengan tegurannya,
karena ini sudah kedua kalinya si Ustad muda tersebut menegur Pak Udin. Dan Pak
Udin sepertinya sudah mulai risih dengan teguran tersebut. Saya kala itu hanya
diam saja, maklum lah saya belum begitu kenal dengan orang-orang yang di sana.
Dan ketika Pak udin sudah selesai
makan dan berpamitan. Si penjual angkringan, mencoba menasehati kepada Ustad
Muda tersebut “Mas, aku ngerti maksud
sampeyan. Dan aku yo ngerti sik mbok karepke kie bener. Tapi koe ngerti ora,
nek Pak Udin kui wes usaha ngasi puluhan tahun?” Ustad muda itu hanya
menjawab “Sak jane aku meh jelaske
panjang lebar, tapi kok malah ngunu”
Penjual angkringan itu kemudian
meneruskan penjelasannya “Pak Udin kui
lho Mas, pas jamane iseh dadi kenek bus, dadi kenek kambi lungguh mergo tangane
wes nggak iso di nggo gujengan, dan aku pernah iroh dewe pas meh mangan nek
kene, ngasi tangane dewe di keplek-ke neng gerobakku, mergo jengkel mbi tangane
dewe, arep nyekel sendok wae kangelan mergo jiglok wae” Saya hanya menyimak dengan seksama, ketika
penjual angkringan menjelaskan kepada Ustad muda itu. “Nek usaha kie wes dilakoni, lha nek ora iso-iso tenan?” “Kowe kie jane
bener, aku paham, tapi mung kurang pas wae mbi kondisine Pak Udin” lanjut
si penjual angkringan yang merasa kasihan dengan kepada Udin.
Setelah si Ustad pergi, si penjual
angkringan pun sedikit menjelaskan kepada saya mengenai si Udin. Udin yang bisa
dikatakan aktif sholat berjamaah di masjid. Namun ia mendapatkan cobaan, tangan
kanannya sudah lama mati rasa, kemudian anaknya menikah dengan orang nonmuslim
dan mengorbankan imannya. Semoga nikmat iman selalu menyertai Pak Udin. Amin
Harus saya akui bahwa saya adalah
orang yang bodoh dalam hal agama. Tentang ilmu agama, tentu Ustad muda tersebut
jauh lebih pandai daripada saya yang masih terbata-bata dalam membaca Al quran.
Namun apakah yang dilakukan oleh Ustad Muda itu benar? Iya memang benar si Ustad
muda itu menyampaikan kebenaran, karena yang ia coba sampaikan adalah hadis
shahih. Namun dalam konteks ini, saya sangat menyayangkan hal tersebut. Mungkin
dia lupa, bahwa Nabi saw menyampaikan kebenaran dengan kasih sayang serta tidak
pernah menyakiti hati orang lain, termasuk orang kafir sekalipun.