Pagi-pagi aku sudah menjalani
rutinitasku. Aku pergi ke kantor kurang lebih pukul 05:15. Udara lumayan dingin
pagi ini, namun hal itu tak menyurutkan niatku untuk berangkat bekerja. Apalagi
sorenya, kemungkinan sms dari 3355 akan mengabarkan bahwa gaji bulan ini sudah
di transfer ke masing-masing rekening karyawan level staff.
Seperti biasanya, setelah memastikan
karyawan sudah masuk serta sudah mulai bekerja, dan memberi pengarahan jika ada
karyawan yang datang terlambat. Aku menuju ke office atas, menyalakan komputer, sambil
menunggu komputer menyala, aku biasanya menyeduh kopi pagiku.
Kopi pagi ini, aku membuat kopi tanpa
ampas yang aku tambahkan gula secukupnya serta creamer. Sambil menikmati kopi aku membuka situs-situs portal
berita online untuk sejenak melihat apa yang sedang ramai di media sosial.
Selesai minum kopi, tetap seperti
biasanya. Aku turun ke produksi untuk mengklarifikasi absensi. Aku kali ini memanggil
dua karyawan yang beberapa hari yang lalu tidak masuk kerja tanpa keterangan.
Aku memberi pengarahan dengan sedikit nada tinggi untuk membuat sebuah komitmen
kepada karyawan agar memperbaiki masalah absensinya.
***
Tidak ada karyawan baru hari ini.
Jadilah hari jumatku kali ini terasa lebih santai. Hampir setiap pagi biasanya
selalu ada karyawan baru. Biasanya karyawan baru aku suruh datang untuk masuk jam
07:00 pagi, karena bisa dibilang adalah pertama masuk kerja, dan kemudian hari aku minta untuk masuk shift normal. Kemudian aku
menyuruh untuk mengisi data karyawan, form
aplikasi mandiri, form BPJS, baik
BPJS kesehatan maupun ketenagakerjaan. Kemudian aku melakukan briefing
sebagaimana memberi tahu hal-hal yang berkaitan dengan jam kerja, perjanjian
kerja, serta tata tertib perusahaan.
Hari jumat, biasanya tidak ada
rekruitmen, kalau pun ada tidak sebanyak hari-hari biasa. Namun untuk kali ini,
ada tiga calon karyawan. Untuk posisi worker, untuk secuirity dan mechanic head. Kalau ada panggilan interview biasanya Bu Devi (partner kerjaku) sudah menaruh CV di atas mejaku dan tentu dia juga meninggalkan memo pada secarik
kertas.
Dari ketiga, hanya satu yang bisa
dikatakan lolos seleksi interview,
yaitu untuk posisi mechanic head,
posisi ini selevel dengan asisten manager. Jadi tinggal tes kesehatan, kemudian
setelah itu tes interview ke user. Jika user
sudah mengatakan “Oke” aku tinggal melakukan psikotes. Kenapa psikotes-nya
terakhir sebelum finalisasi? Karena aku tidak mau membuang-buang waktu
melakukan psikotes yang memerlukan waktu lebih dari dua jam untuk psikotes
kandidat yang belum tentu user mau.
Meski ada juga user yang “cerewet” ingin melihat dulu hasil psikotes-nya terlebih
dahulu. Kalau sudah begitu, aku tidak bisa berkata “tidak!”. Dan tetap melakukan
psikotes. Mungkin dalam hal ini user
yang “cerewet” itu juga tidak mau membuang-buang waktu untuk melakukan interview kandidat yang hasil
psikotes-nya belum tentu bagus.
Aku menjadwalkan psikotes akan
dilakukan pada hari ini juga, karena kandidat berasal dari Jawa barat. Tidak
mungkin jika aku menjadwalkan di kemudian hari. Sekitar pukul 10:30 siang, aku
menjadwalkan psikotes-nya, karena aku harus istirahat makan siang terlebih
dahulu. Ohiya karena aku masuk shift pagi, jadi istirahatku pukul 09:45.
Setelah makan siang, aku menuju ruang
rekruitmen untuk melakukan psikotes. Dan sebelum melakukan psikotes aku
menanyakan apakah dia muslim atau bukan. “Mohon maaf, Anda muslim?” tanyaku
sebelum melakukan psikotes.
“Iya, saya muslim, Pak”Jawabnya yang
tetap sopan meski aku jauh lebih muda darinya. Kemudian aku membuat
kesepakatan, karena hari ini adalah hari jumat, maka psikotes akan dibagi
menjadi dua tahap, beberapa sub tes akan dilakukan sebelum jumatan, dan
beberapa sub tes lagi akan dilanjutkan setelah jumatan.
Sekitar pukul 11:30 aku mengakhiri
psikotes meski belum selesai. Sesuai kesepakatan akan kami lanjutankan setelah
sholat jumat. Kemudian aku mempersilakan untuk makan siang terlebih dahulu,
bersama dengan karyawan day shift
yang sedang istirahat makan siang. Untuk hari jumat, jadwal istirahat karyawan day shift maju, jadi pukul 11:30 karena
digunakan juga untuk persiapan sholat jumat, namun untuk jadwal pulang masih
tetap sama, meski jadwal istirahat maju setengah jam.
***
Sebuah kejadian terjadi ketika hendak
sholat jumat. Aku kala itu menuju ke office
untuk mengambil kunci motor yang kebetulan berada di dalam tas. Aku hendak
mengambil kunci motor karena baru ingin ke masjid dengan motor. Biasanya
aku lebih sering berjalan kaki ke masjid ketika hendak sholat jumat.
Sesampai di dalam office, aku yang merasa haus mengambil
gelas yang tersimpan di dalam laci, kemudian membuka kran pada dispenser. Terdengar
suara dari HT, bahwa terjadi kecelakaan kerja pada karyawan bagian cutting. Kemudian
korban langsung di bawa ke poliklinik untuk mendapatkan pertolongan pertama. Aku
segera menyusul ke poliklinik untuk memastikan seberapa parah lukanya.
Waktu aku mulai masuk ke poliklinik,
nampak sudah ramai di sana, terlihat bercak-bercak darah di lantai poliklinik. Korban
masih dalam keadaan sadar, dan darah masih mengalir terus dari luka yang berada
pada jari tengah tangan kirinya. Aku yang mulai sedikit panik mulai membagi
tugas, ada yang membuat surat ke trauma
center, dan ada juga yang menghubungi pihak keluarga agar segera menyusul
ke RSUD Boyolali, yaitu RS Pandan Arang.
Apesnya mobil operasional perusahaan
sedang berada di luar semua. Kemudian ada yang langsung kontak ke manager-ku
untuk meminjam mobilnya, kebetulan beliau membawa mobil pribadi. Untung ada
mobil yang dari semarang baru datang dan bisa dipinjam, sekaligus dengan diriver-nya. Jadi tidak jadi meminjam mobil pribadi manager-ku. Kemudian aku yang
seharusnya membuat trauma center,
semakin panik ketika waktu aku tanya, apakah membawa kartu BPJS ketenagakerjaan
atau tidak, namun jawabnya “Aku belum dapat kartu BPJS Ketenagakerjaan, Pak”
“Matih!” pikirku. Kemudian yang ada
dikepalaku adalah bagaimana agar segera mendapat tindakan dari dokter,
mengingat luka dari pisau cutting, masih mengeluarkan darah terus. Kemudian aku
ke teman-temannya meminta nomor telpon keluarganya, kebetulan ada kerabatnya
yang juga bekerja di perusahaan tempatku bekerja. Namun ketika aku suruh
menghubungi pihak keluarga malah jawabnya “aku tidak tega, Pak, jika harus
menhubungi keluarganya”
Aku segera mengambil keputusan,
segera bawa ke rumah sakit dan tetap berusaha menghubungi keluarganya ketika
dalam perjalanan ke rumah sakit. “Yang penting segera mendapat tindakan”
pikirku kala itu yang sedikit panik. Sebelum ke membawa ke rumah sakit, aku menyerahkan kunci ruang rekruitmen kepada Bu Devi, partner kerjaku sekalian meminta tolong untuk melanjutkan psikotes yang akan dilanjtukan sehabis sholat jumat.
Sebelum berangkat, rekan kerjaku baru
datang dari dinas luar, dan sepertinya sudah tahu permasalahan kami, yaitu
masalah kartu BPJS. beliau adalah bagian legal, dan yang biasa mengurusi ketika
masalah BPJS, Kemudian rekan kerjaku tersebut, membuatkanku trauma center, yang kebetulan form-nya dari tadi aku bawa kemana-mana, namun karena sedikit panik aku lupa mengisinya. Kemudian menyuruhku untuk segera ke rumah sakit dan
akan membantu mengurusi masalah kartu dengan menghubungi pihak BPJS.
Di perjalanan pihak keluarga korban
berhasil aku hubungi, aku memberi kabar agar segera menyusul ke rumah sakit,
tentu dengan cara yang lebih santai agar pihak keluarga tidak ikut panik. Dan selang
beberapa saat, rekan kerjaku telpon bahwa sudah ada jawaban dari BPJS ketenagakerjaan,
bahwa kartu milik korban masih di kantor BPJS Ketengakerjaan Klaten. Kemudian
beliau mengirim fotonya kartu BPJS-nya kepada suster klinik yang ikut merujuk
ke rumah sakit melalu pesan BBM.
Aku agak lega, namun bukan berarti
semua masalah selesai. Hari ini adalah hari jumat. Aku masih berkewajiban
sholat jumat. Ketika mobil kami sudah masuk menuju IGD, aku lihat jam di handphone ternyata sudah jam 12:10. Aku kemudian
memastikan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja tersebut sudah mendapat
tindakan dari dokter, mengingat aku pernah mendapat kabar ada pasien peserta
BPJS yang tidak segera mendapat tindakan.
Setelah karyawan-ku sudah mendapat
tindakan, aku kemudian meminta kepada suster poliklinik yang turut merujuk ke
rumah sakit agar tetap di IGD, karena akan aku tinggal sebentar untuk sholat jumat,
dan dia hanya mengiyakan saja, mengingat korban kecelakaan kerja sudah
mendapatkan tindakan.
Aku keluar IGD, dan bertanya kepada
beberapa orang letak masjid terdekat, namun kebanyakan mereka tidak tahu,
karena mereka juga di sana sedang menunggu pasien. Aku bertanya kepada penjual
angkringan, dan penjual angkringan tersebut menyarankan untuk sholat di masjid
rumah sakit. Kemudian beliau menunjukan arah menuju masjid rumah sakit yang
terletak di dalam rumah sakit.
Aku segera ke masjid, dan waktu aku
sampai di masjid. Ternyata sudah mulai sholat, dan imam sudah membaca surat
yang lumayan panjang setelah surat alfateha. Aku lihat, masjid sudah penuh
sesak, bahkan membludak hingga jalan-jalan di lorong rumah sakit, turut
di gunakan untuk sholat jumat. Maklum bukan hanya pegawai rumah sakit saja yang
sholat jumat di masjid rumah sakit itu, namun juga mereka yang sedang menunggu
pasien.
Aku kesulitan menuju ke tempat wudhu.
Dan aku beranikan diri untuk memohon ijin meminjam toilet di ruang rawat inap
untuk wudhu dan segera ikut sholat jumat. Dan selesai wudhu aku turut bergabung
sholat jumat, tanpa sajadah, aku hanya mengusap lantai tempatku sujud dengan
tangan yang masih basah sehabis wudhu tadi. Kemudian aku sholat jumat dengan
ketinggalan satu rekaat.
Aku menyelesaikan sholat jumatku yang
tertinggal satu rekaat tadi. Kemudian tanpa dzikir panjang aku berdoa dan
memutuskan untuk kembali ke IGD. Perjalanan ke IGD aku bertemu dokter yang
biasa visit di poliklinik perusahaan.
Aku menyapanya dan memberi tahu telah terjadi kecelakaan kerja di tempatku
kerja.
***
Aku kembali lagi ke IGD. Kebetulan pihak
keluarga sudah di sana. Aku bertanya kepada suster poliklinik yang turut
merujuk ke rumah sakit, dia ia menjawab bahwa telah selesai dilakukan tindakan.
Dan kini tinggal menunggu obat.
Masalah itu datang lagi ketika, ada
masalah di saat pembayaran. Ada syarat yang kurang ketika kami akan mengeklaim
dengan BPJS ketenagakerjaan. Dengan sigap rekan kerjaku, yaitu rekan kerja
bagian legal tadi yang juga merupakan seorang pengacara segera menyusul kami ke
rumah sakit. Dan selesai! Masalah kami selesai, dan dari pihak korban tidak
dikenakan biaya apapun.
Kami segera mengantar korban
kecelakaan kerja ke rumahnya. Menjelaskan kepada pihak keluarga, dan rekan
kerja-ku juga yang menjelaskan dengan bahasa yang sangat halus berbeda ketika
berada di rumah sakit tadi.
Ketika perjalanan pulang menuju ke
tempat kerjaku. Masih ada rasa yang sedikit mengganjal. Bukan masalah kejadian
kecelakaan kerja tadi. Bukan! Karena atas bantuan rekan kerjaku, semuanya
berjalan sebagaimana mestinya. Namun lebih kepada pertanyaan, tentang bagaimana
dengan sholat jumatku tadi? Sah kah? Hal itu yang terus terngiang-ngiang di
pikiranku.
Aku seperti menyakinkan diriku
sendiri. Di saat seperti itu, aku hanya bisa berusaha menjalankan kewajibanku,
yaitu sholat jumat. Meski harus tertinggal satu rekaat. Dan tentu tanpa khutbah
jumat. Jadi sholat jumat hari ini, adalah shalat jumat tanpa khutbah jumat,
bagiku.
Dan (bagiku) tak ada khutbah jumat
hari ini