Kalau sejarah berdirinya Muhammadiyah
dapat aku ketahui dengan film yang berjudul “Sang Pencerah” sebuah film karya
sutradara Hanung Bramantyo, yang bercerita bagaimana KH Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi Muhammadiyah. NU sang “rival” abadinya juga mempunyai film berjudul “Sang
Kiai” yang menceritakan sang pendiri NU, Hedratus Syekh Hasyim Asyari.
Dan kali ini aku baru saja melihat trailer film yang berjudul “Cahaya Hati”
sebuah film yang bercerita tentang kejadian nyata yang terjadi di Blora, ketika
seorang warga Majelis Tafsir Al quran (MTA) di tentang warga karena (dianggap)
tidak umum.
Aku sendiri kenal MTA dari radio, dan
aku menjadi begitu hafal dengan suara Ustad Ahmad Sukino. Siapa yang tak kenal
dengan Kiai radio itu.
Film “Cahaya Hati” karya sutradara
muda yang bernama Ari Prayudhanto. Film itu menceritakan bagaimana MTA berjuang
dan bisa berkembang hingga saat ini. Ia mulai tertarik dengan MTA ketika mendengar
bentrokan warga yang terjadi di daerahnya, Blora. Kemudian ia malah ingin lebih
tahu mengapa MTA begitu ditentang, dan apa yang salah? ia merasa harus
memberitahukan khalayak ketika mengetahui bahwa MTA tidak seperti yang
dipikirkan kebanyakan orang.
Kemudian sang sutradara yang juga
merupakan murid dari sutradara Hanung Bramantyo itu mengadakan riset hampir 3
bulan untuk lebih menyakinkan terlebih dahulu sebelumnya mengeksekusinya
menjadi sebuah film.
Tujuan yang Mulia dari sang sutradara
yang mencoba menjelaskan kepada masyarakat luas, tentang siapa MTA itu
sebenarnya, ditengah opini masyarakat yang buruk tentang MTA.
Dan sepertinya kita harus menunggu
sebuah film yang menceritakan bagaimana berdirinya FPI dan sepak terjangnya. Semoga
film itu bisa lulus sensor.