![]() |
foto oleh Riki S |
Meski hari masih sore, rasa bosan di
kantor menggiringku ke rasa kantuk. Hari sabtu kantor sangat sepi, berbeda
dengan hari-hari biasa. Karena hanya karyawan bagian tertentu saja yang overtime. Di office atas, hanya ada aku, seorang admin, dan manager-ku yang nampak serius menatap layar laptopnya, di meja
kerjanya yang terletak di pojok ruang.
Waktu kulihat jam di pojok layar
laptopku, ternyata sudah pukul 16.00. Kemudian Pak Manager mengajakku sholat ashar berjamah. Aku pun mengiyakan
ajakkan beliau, kebetulan aku juga belum sholat ashar.
Kami berdua sholat di ruang meeting atas, namun kami biasanya
menyebutnya ruang rekreasi, karena desain ruangan yang lebih mirip dengan ruang
tamu, dengan sofa serta ac yang sangat dingin dibanding dengan ruangan lainnya.
Ruangan ini biasanya digunakan ketika GM kami berkunjung ke Factory Solo, tempatku bekerja. Karena, beliau
lebih sering di factory regional
Indonesia yang berada di Semarang.
Selesai sholat, aku yang sudah mulai
mengantuk pun, mengajak Pak manager
untuk ngopi dulu. Di samping ruangan rekreasi ada lemari kecil untuk menyimpan
gelas, cangkir, kemudian gula, teh serta kopi, serta di samping lemari kecil
itu ada kulkas dan dispenser yang bisa memanaskan air hingga superhot untuk menyeduh kopi.
“Barusan sudah ngopi aku, Kik, ngopi
terus malah kembung perutku” sepertinya Pak
manager baru saja ngopi. Dan aku pun menuju ke lemari kecil untuk membuat
kopi soreku.
“Di laci ada kopi, lho kik, kemaren
dapat oleh-oleh” Pak manager
menawariku dengan kopi oleh-oleh itu. Aku tidak bertanya lebih lanjut oleh-oleh
dari siapa. Waktu aku buka ternyata kopi aroma bandung. Aku membaca kemasan
kopi tersebut, “Koffi Fabriek Aroma Bandung, Robusta dengan gilingan kasar”
Aku sendiri mengetahui kopi aroma
dari salah satu artikel di minumkopi.com yang berjudul "Aroma Dari Percakapan". Selebihnya aku mencari tahu di internet tentang
kopi aroma.
Kopi aroma adalah kopi yang dibuat
dengan mempertahankan cara-cara tradisional. Disangrai atau bahasa kerennya di roasting dengan alat yang bisa dibilang
masih tradisional. Betapa tidak tradisional, mengingat proses roasting masih menggukan api dari kayu
bakar, jauh dari kata modern.
Meski kopi aroma dibuat oleh pabrik kopi
yang jauh dari kata modern. Namun justru ke-tradisional-an itulah letak
keunikan kopi tersebut, dan menjadi daya tarik tersendiri.
***
Aku menaruh beberapa sendok teh kopi
aroma ke dalam sebuah cangkir, kemudian menambahkan sedikit gula serta
menyeduhnya dengan air panas dari dispenser. Mengaduknya secara perlahan, dan
sebelum aku meminumnya, kuhirup dulu kepulan asap dari kopi yang baru saja aku
buat. Seperti halnya yang dilakukan oleh salah tokoh dalam cerpen yang berjudul
“Kamu dan Kopi". Tokoh dalam cerpen
tersebut memiliki ritual khusus sebelum meminum kopi, ia akan memejamkan mata
dan menghirup kepulan asap dari cangkir kopinya, seperti halnya berdoa sebelum
makan.
Aroma yang berbeda dari kopi biasanya,
ketika aku menghirup kepulan asapnya. Butiran-butiran kopi yang masih kasar
perlahan mulai mengendap. Dan sembari menunggu menghangat, aku tiup kecil di
pinggir cangkir sebelum aku menyruput-nya.
Waktu ku-sruput, masih ada butiran
kopi nampak kasar yang belum mengendap, anehnya butiran itu tidak begitu pahit
dan ketika sampai pada lidah mulai melebur menjadi tidak kasar lagi.
Aku berharap kopi aroma sore ini,
bisa membuatku tetap bersemangat di kantor hingga nanti malam, menikmati malam
minggu di kantor, meski rasa bosan begitu menghunjam.
Selamat berakhir pekan, tetap ngopi, tetap
semangat, dan tetap bekerja. Ingat, besok hari minggu. Libur!