Suara adzan sholat jumat begitu jelas
terdengar olehku. Betapa tidak, jarak masjid dan tempat singgahku hanya
beberapa meter saja, mungkin hanya lima kali hembusan nafas sudah sampai. Aku
yang sudah mandi karena sehabis potong rambut, kemudian berwudhu dan segera
bergegas menuju masjid.
Aku memasuki masjid, di saat muadzin
masih mengumandangkan adzan. Aku berdiri sambil mendengarkan adzan, karena itu
bagian dari sunah. Setelah selesai adzan, barulah aku sholat tahiyatul masjid,
yang juga merupakan sunah.
Di saat aku mengerjakan sholat sunah
itu lah, aku sudah tak khusyuk lagi, ketika khotib memberikan semacam pesan
kepada jamaah semuanya, sebelum ia memulai khutbah jumat. Ia memberi nasehat
secara umum, namun aku merasa bahwa nasehat itu juga mengarah kepadaku.
“Ketika adzan sholat jumat, meski
mendengarkan adzan adalah sunah alangkah baiknya untuk segera sholat tahiyatul
masjid, karena itu juga sunah. Kenapa demikian? Agar kamlian semua bisa segera
mendengarkan khutbah sebelum sholat jumat. Mendengarkan khutbah jumat adalah
wajib. Jangan sampai hal sunah menghalangi kita melakukan hal yang wajib” Begitu
kira-kira pesan yang ia sampaikan sebelum ia memulai khutbah jumat. Dan aku
sadar ternyata selama ini aku telah melakukan pemahaman yang salah.
Bukan kali ini saja aku juga merasa
diingatkan atau dinasehati. Ketika itu sehabis sholat terawih biasanya ada
kultum, dan pas kultum itulah, aku merasa diingatkan. Sang khotib berpesan, “ketika
akan bertemu manusia saja, kita mempersiapkan diri dengan kemeja rapi, namun
ketika hendak bertemu dengan Allah malah justru dengan pakaian yang seadanya”
Bahkan hal sama pernah disampaikan temanku secara langsung kepadaku, maupun
melalui pesan Wassap.
Namun untuk yang masalah baju ini,
aku sedikit gimana gitu. Aku bukan anti kritik, namun aku yang lebih suka
berpakaian kaos daripada kemeja dengan style
rapi. Aku lebih nyaman dengan kaos yang menurutku lebih simpel. Hanya saja
karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskanku berpakaian rapi (menurut sebagian
besar orang), aku harus membeli beberapa kemeja, namun dalam batinku selalu
teriak, karena aku lebih nyaman dengan kaos. Tidak heran jika hari-hari
tertentu, misalnya ketika hari sabtu masuk lembur, aku lebih suka memakai kaos
saat bekerja. Atau terkadang di hari kerja biasa aku justru memakai polo shirt,
atau kaos berkerah, dan menurutku itu adalah hal yang simpel.
Tuntunannya adalah pakaian terbaik,
namun apakah ia peduli bahwa pakaian terbaikku justru sebuah kaos? Apakah
mereka peduli bahwa ada kaos yang kubeli lebih mahal dari kemeja yang kupunya?
Pasti tidak peduli karena dalam hal ini kami berbeda pendapat.
Ketika berbelanja, aku lebih sering
berbelanja kaos dari pada kemerja, yang sekali lagi kaos lebih simpel,
sedangkan kemeja menurutku malah ribet. Jadilah di lemariku lebih banyak
koleksi kaos, daripada kemeja.
Sebuah nasehat yang menurutku adalah
hal yang sah-sah saja. Dan dalam hal ini saya harus mengucapkan terima kasih terutama
kepada Bapak Syakirun selaku imam masjid Baitul Muslimin, atas wejangan dan
nasehatnya sebelum beliau memulai khutbah jumat.