“Pernahkah engkau membenci seseorang karena ucapan dan perbuatannya
kepadamu?”
“Pernahkan engkau merasa dendam terhadap perlakuan orang lain terhadapmu”
Kedua pertanyaan diatas secara
manusiawi aku akan menjawab, “Iya, aku terkadang membenci seseorang karena
ucapan dan perbuatannya yang terlalu menyakitiku hati dan perasaaan” dan untuk
pertanyaan kedua dengan mentap aku akan menjawab “Iya, aku sangat dendam dengan
perlakuan semena-semena orang terhadapku”
Kemudian dalam hati aku justru bertanya,
mengapa aku membenci seseorang? Dan buat apa aku terus memupuk dendam? Aku
tidak tahu kenapa hati terus saja berontak dengan ucapanku.
Dan semakin aku membenci seseorang,
serta semakin aku menaruh dendam kepada seseorang bukan ketenangan yang aku rasakan.
Hidup dipenuhi benci dan dendam, hanya seperti menyimpan buah busuk. Orang lain
tidak tahu apa yang kusimpan, dan aku sendiri yang mencium bau busuk itu.
Benci dan dendam adalah suatu emosi
yang akan menguras energy dan pikiran. Sampai aku menyadari bahwa hanya dengan
memaafkan dan mendoakan yang terbaik bagi orang yang secara sengaja atau tidak
sengaja telah melukai kita.
Bukankah Nabi kita telah mengajarkan
bahwa kita harus membalas perlakuan buruk orang lain dengan kebaikan. Aku belum
sampai pada maqom, ketika ada yang melempari kita dengan tai, maka kita harus
membalas dengan melempari mereka dengan roti. Namun dengan mendoakan kebaikan
kepada orang yang telah menyakiti kita, kita akan jauh dari membenci dan
menyimpan dendam.
Dengan mendoakan kebaikan untuk orang
lain juga, akan memberikan kebaikan kepada kita pula, hati menjadi tenang dari
kebencian dan dendam dalam hati kita.
Masih terus menyimpan benci dan
dendam? Kita tunggu saja mana yang lebih cepat gila dan hidup jauh dari
ketenangan.