Aku pulang ke tempat Mbah kemarin
malam, karena paginya aku harus njagong di pernikahan sahabatku. Sehabis
njagong aku putuskan kembali ke kos, kos yang menurutku bukan hanya sekedar tempat
untuk tidur, namun sudah seperti ruang kerjaku setelah di kantor. Iya ruang
kerja untuk menggarap tulisan untuk lobimesen.com. Aku ke kos untuk mengedit
postingan #SundayNight edisi spesial pernikahan kawan, sekaligus sahabatku itu.
Untuk masalah lobimesen.com, sempat
ada juga yang bertanya kepadaku "Buat apa kamu pusing-pusing mikir
lobimesen.com, bahkan rela begadang untuk menulis di blog itu?"Pertanyaan
yang menurutku tak perlu aku jawab sebenarnya. Memang benar apa yang aku lakukan
tidak menghasilkan uang. Namun apakah semua hal harus dinilai dengan uang?
Kalau hanya sekedar uang, aku sudah punya. Dikira aku pengangguran? Aku juga
kerja, namun untuk lobimesen.com ada di wilayah hobi, jadi bukan uang yang aku
dapatkan. Tapi, lebih dari sekedar itu, yaitu bahagia! Karena setidaknya aku
punya wadah untuk menyalurkan kesenanganku.
Kalo bekerja untuk mencari uang dan relasi, lobimesen.com dan blog pribadiku untuk mencari kesenangan. Aku kira itu jawaban yang logis, karena aku belum bisa menemukan kebahagiaan dalam pekerjaanku, jadi aku harus mencari kebahagian di tempat lain.
Kalo bekerja untuk mencari uang dan relasi, lobimesen.com dan blog pribadiku untuk mencari kesenangan. Aku kira itu jawaban yang logis, karena aku belum bisa menemukan kebahagiaan dalam pekerjaanku, jadi aku harus mencari kebahagian di tempat lain.
***
Hari ini, aku libur kerja. Pagi-pagi setelah usai mencuci motorku, motor matic yang sudah seminggu ini aku ajak berhujan-hujan untuk pulang-pergi kantor. Aku menuju meja yang di atasnya masih tertutup tudung saji. Waktu aku buka, nampak nasi putih pulen yang masih mengepul, baru saja matang, kemudian ada lauk pepes ikan, tahu goreng, ikan teri. Dan pastinya sambal yang masih tersaji di atas layah, nampak baru saja diulek, sambal seakan menjadi menu wajib di keluargaku.
"Tempe ne nggak ono to?"
tanyaku kepada Mbah. Tempe adalah menu kesukaanku ketika di rumah Mbah. Dalam
hal menu makanan, aku bukan orang yang cerewet. Aku cinderung makan seadanya.
Aku bisa memaklumi dengan menu yang ada. Jika tidak cocok, aku hanya akan makan
sedikit di rumah Mbah, kemudian jajan di luar, karena aku harus menghargai
masakan Mbah. Dan agar tidak melukai perasaan Mbah aku juga tidak akan membawa
pulang makanan dari luar.
"Tempenya ngko sore" jawab
Mbah. Aku hanya mengiyakan saja, kemudian menyeduh kopi, agar bisa kunikmati
setelah mandi pagi.
Setelah mandi pagi, masih dalam
keadaan memakai handuk, aku mengambil cangkir kopiku dan menyruputnya untuk
membuat tubuh sedikit hangat setelah mandi diguyur air. Selesai ganti baju, aku
membuka tudung saji untuk sarapan pagi. Dan satu piring dengan beberapa irisan
tempe sudah ada di sana. Aku kemudian mengambil sepiring nasi putih pulen yang
masih hangat itu, kemudian menambahkan pepes ikan, sedikit ikan teri dan
sambal, serta tempe goreng yang nampak baru saja digoreng.
Aku menikmati sarapan pagi ini dengan
lahap, bahkan aku sempat imbuh nasi. Dan menu sarapan pagi yang sederhana namun
terasa nikmat, apalagi ditambah kopi, jadi dobel nikmatnya.
Tempe goreng itu membuatku merasa,
bahwa Mbah adalah orang yang sangat menyayangiku. Mbah sering mengkhawatirkanku
ketika hari minggu atau dalam seminggu aku tidak pulang dan mengunjunginya.
Pernah waktu itu aku menunda kepulanganku karena sahabatku, mengajakku
main-main ke toko buku. Dan karena hari rabunya libur karena ada Pilkada,
minggunya aku menunda kepulanganku dan lebih memilih main ke toko buku bersama
sahabatku itu.
Kala itu, waktu aku sampai rumah,
belum melepas jaket dan menaruh tas bawaanku, Mbah sudah langsung membrondong
beberapa pertanyaan. "Minggu nggak balek ngopo? Kowe loro? Keluarga di boyolali do sehat
kabeh?" Serta
pertanyaan-pertanyaan yang penuh dengan kekhawatiran lainnya.
Tak perlu mewah untuk menunjukan
kasih sayang. Karena meski hanya sekedar tempe goreng khas Mbah, tempe yang
digoreng tanpa tepung. Sudah cukup bagiku untuk menyakinkan bahwa Mba sangat
menyayangiku.
Terima kasih Mbah.