Sudah dua hari saya benar-benar
menjadi manusia kalong. Betapa tidak, saya baru benar-benar bisa tertidur pulas
setelah sholat subuh. Entah apa yang sedang saya risaukan, yang jelas, saya
sudah terus berusaha untuk tidur, namun saya tetap terjaga hingga suara pasukan
saur berteriak-teriak membangunkan sahur dengan irama perkusinya.
Dan pada akhirnya kondisi kesehatan
saya K.O juga. Hal ini mungkin dikarenakan saya kurang istirahat, kemudian
ditambah lagi, ketika “nunut” berbuka puasa di rumah Sukoharjo, saya justru di
jamu dengan Kolak, Es Jeruk Sachet, cemilan serta makan besar tentunya.
Sebenarnya, saya sudah mengurangi minuman dingin ketika berbuka puasa, kalau
minum dingin itu pun biasanya es the manis, dan hanya dengan tambahan batu es
sedikit saja, istilah jawanya tombo
pengen. Namun, karena saya merasa sungkan atau tidak enak, saya akhirnya
memutuskan untuk meminum Es Jeruk Sachet itu.
Setelah berbuka dengan hidangan buka
puasa sore itu, sehabis sholat magrib saya pamit. Saya sudah merasakan keanehan
di tenggorokan saya, kemudian saya mampir di sebuah angkringan untuk membeli
jeruk panas untuk mencegah agar tenggorokan saya tidak terjadi radang. Namun,
saat terbangun untuk sahur, saya benar-benar merasakan radang tenggorokan. “Gejala
flu ini” pikirku saat itu. Saat sahur saya mengurangi makanan berminyak,
kemudian membuat teh panas untuk meredakan tenggorokanku.
Kemudian puasa hari itu benar-benar
saya jalani dengan radang tenggorokan, bersin-bersin, serta saya kemana-mana
menggunakan masker agar tidak menular ke orang lain.
Sepulang kerja, saya berniat menunggu
buka puasa dengan beristirahat, yaitu dengan tidur-tiduran. Dan di sela-sela
waktu istirahat itu lah, terdengar ada suara BBM masuk dari handphone saya. Ternyata dari teman kantor, waktu
saya buka ternyata ajakan untuk menonton film bersama. “Bos, nanti ditunggu jam
5 sore, di Solo Square ya, filmya jam 17.55, tiketnya sudah dibeli sama Ratu
lebah”
Saya masih merasa bahwa tubuh saya masih
butuh untuk istirahat, kemudian saya membalas pesan BM kawan saya, “Saya sedang
flu berat, Bro”
“Terus tiketmu piye? Sudah terlanjur
dibeli inih”
Karena saya merasa sungkan, saya
jawab bahwa saya akan datang “Okey, saya istirahat dulu, semoga semakin membaik
dan bisa menyusul”
Ajakan untuk menonton film sebenarnya
saya yang menyuruh mereka untuk mengagendakan. Namun, saya tidak mengira bahwa
mereka segera merespon ajakan saya. Waktu itu, film yang akan kami tonton “Now
You See Mee 2” film pertama dari film ini bagus, jadi kami semua sangat
antusias untuk menontonnya.
Salah satu dari rekan kerja saya,
kemudian menyuruh pacarnya, eh maksud saya calon istrinya untuk membelikan
tiketnya. Dia (pacar rekan kerja saya) biasa kami panggil dengan si ratu lebah,
karena apa? Itu sebenarnya hanya guyunan kami saja, mengingat teman saya berubah
menjadi bukan dirinya ketika bersama pacarnya. Dan pacarnya (eh sekali lagi,
calon istrinya) sudah sering diajak rekan kerja saya bermain bersama ketika
kami mengadakan acara kumpul-kumpul atau sekedar nonton bareng.
Dan yang menjadi masalah adalah,
waktu menonton yang menurut saya nggak ada toleransinya. Bayangkan saja, nonton
jam 17.55 padahal buka sekitar am 17.30. kemudian yang membuat saya ragu, saya
bakal sholat magrib dimana? Saya tidak yakin bakal sholat magrib di Solo
Square, setau saya baru Hartono Mall yang memiliki ruang mushola yang memadai. Kemudian
saya mengabari kawan saya yang sudah berkumpul di sana sekitar pukul 17.00,
bahwa saya akan menyusul di waktu injury
time. Kawan saya menawari agar saya berbuka di sana saja menemani Bapaknya
yang juga buka di sana. Bapak yang saya maksud di sini adalah Managernya.
Karena rekan kerja yang mengajak saya menonton adalah dari satu department di
tempat kerja saya, bisa dibilang kala itu saya hanya nimbrung saja.
Akhirnya saya berangkat sekitar pukul
17.00, kemudian melaju dengan kecepatan yang sedang-sedang saja, sambil
sesekali melihat jam di tangan kiri saya. Menjelang berbuka puasa saya masuk di
perkampungan sebelum Solo Square, tujuan saya adalah saya bisa berbuka dan bisa
sholat magrib di masjid perkampungan itu. Waktu itu saya hanya berbuka dengan kolak
dan satu buah pisang goreng untuk sekedar membatalkan puasa.
Setelah berbuka puasa, baru saya
mencari masjid di perkampungan itu untuk sholat magrib berjamaah. Dan tepat
setelah saya selesai sholat magrib, handphone
saya berbunyi, nampaknya saya sudah ditunggu. “Ya udah, saya tunggu di studio
3, nanti kalau sudah sampai saya jemput” suara kawan saya mengakhiri
teleponnya.
Saya segera menuju ke Solo Square,
untuk mempersingkat waktu saya parkir di parkir depan Solo Square. Kemudian
dengan berjalan agak cepat saya menuju studio XXI, sesampai di lobi, saya menelpon
kawan saya, kemudian teman saya menjemput saya, dan mengajak masuk ke studio 3.
Ternyata kami memesan deretan kursi
paling belakang, itu artinya kursi paling atas. Padahal waktu saya lihat, masih
banyak kursi kosong di bawah, saya mencoba berpikir positif saja, mungkin pada
teraweh dulu, jadi bioskop masih sepi. Duduk di barisan paling belakang, entah
mengapa membuat saya seperti kehilangan keutamaan dalam menonton sebuah film di
bioskop. Kami memesan 2 kursi di deretan kiri dan 4 kursi di deretan kanan.
Sepertinya kawan saya dan pacarnya, (duh maksud saya calon istrinya) memilih memisah
dari kita. Mungkin takut terganggu. Dan empat deret di kanan diisi dua kawan
saya, dan tepat di samping saya adalah Manager mereka. Sekali lagi, saya cuma
nimbrung.
Baru sebentar duduk, film yang ingin
kami tonton baru dimulai. Artinya saya belum bisa dikatakan terlambat. Kawan
saya memberi saya sebotol soft drink
dan cemilan, agar kami bisa tetap khusyuk menonton meski berada di barisan
paling belakang. Jujur tempat duduk favorit saya waktu nonton di bioskop
sebenarnya di tengah, jadi layar pas di hadapan kita.
Film yang sangat bagus menurut saya.
Namun dalam tulisan saya kali ini, saya tidak akan menceritakan kepada kalian, pokoknya apik, tontonen dewe nek ra percoyo
Kami menikmati setiap adegan dalam
film dengan khusyuk, nyaris tak ada celetukan-celetukan diantara kami, dan
hanya terdengar suara kemriuk dari
mulut kami selagi menikmati cemilan.
***
Ketika film hampir selesai, saya
mengalami masalah perut, jadi ketika film sudah selesai, saya harus segera
menuju toilet untuk menyelesaikan masalah saya. Saya lupa sejak kapan saya
berubah menjadi seorang yang “ngisengan”
padahal dulu saya sangat riwi, bahkan
saya biasanya susah BAB ketika berada di lingkungan baru. Terkadang, saya
seperti mau BAB, tapi ketika sampai di toilet malah tidak keluar-keluar.
Selesai menunaikan hajat, saya segera
menyusul kawan-kawan saya yang kebetulan masih menunggu di lobi. Ketika
perjalanan menuju pintu keluar, kawan saya nyeletuk, “Pak, sebenernya kamu tadi
belum sempat tak belikan tiket lho, soale Manager saya juga ikut, tapi
berhubung sudah terlanjur mau, akhirnya kami ngantri lagi buat beli satu tiket
lagi, untung aja kursi sebelah kita tadi masih kosong, kalau sudah penuh,
mungkin besok paginya sudah di SP aku”
***
Setelah kami selesai menonton, kami
berencana untuk mencari makan, karena saya dan Pak Manager belum makan besar,
kami hanya sekedar makan cemilan untuk berbuka. Sedangkan ketiga manusia yang
nonton bareng dengan saya waktu itu jebul
mereka sedang tidak berpuasa. Mengapa tidak berpuasa? Kuwi dudu urusanku!
Tepat ketika kami keluar dari Solo
Square dan mau menuju ke tempat makan, hujan turun dengan deras kami semua numpang
berteduh di sebuah emperan toko, yang kebetulan di emperan tersebut ada yang
menjual sosis bakar dan tempura. Kami semua memesan sosis dan tempura bakar
milik Mba Cantik itu, untuk sekedar menggangjal perut kami. Ohiya sebutan Mba
cantik itu berasal dari celotehan salah satu kawan saya. yang jelas bukan yang
sedang bersama pacarnya lho, ya. Bisa gawat kalau ratu lebah ngamuk. Hahaha
Dan ternyata mencari tempat makan
bagi kami waktu itu tidak sesedehana menikmati nasi padang di waung makan
sederhana. Karena apa? Request dari
Pak Manager, belio ingin makan sambil nonton bola, malam itu yang sedang
bermain Spanyol Vs Ceko. Dan setelah muter-muter, kami tidak jadi makan, tapi
malah nongkrong di sebuah kedai kopi di ruko dekat stasiun Purwosari. Saya yang
berencana minum obat pun, tidak memesan kopi, namun saya memesan lemon tea panas serta cemilan. Dan di
saat nonton bola yang dimenangkan oleh Spanyol dengan Skor 1 – 0 itu, kawan
saya berbisik “Bos, ini mau sampai jam berapa? besok kalo tidak pada masuk, aku
nggak tanggung jawab lho” kemudian saya mengajak mereka untuk pulang dengan
alasan besok masih ada pekerjaan.
Dan paginya, saya justru merasaka
badan saya agak enakan, mungkin karena obat yang diberikan suster poliklinik
kepada saya manjur. Namun justru salah satu kawan saya yang ikut nonton bareng,
malah mengirim pesan melalui BBM, bahwa dia sedang sakit dan tidak bisa masuk
kerja, mungkin karena dia sudah kelalahan.
***
Dan, pagi ini saya justru dipamiti
oleh Manager yang kami ajak untuk nonton bareng itu, ternyata hari ini adalah
terakhir belio bekerja. Waktu saya mengobrol dengan belio, belio mendapatkan
tawaran di perusahaan yang bisa membuatnya dekat dengan keluarga kecilnya. “Sukses
terus, Pak, padahal kami mau mengagendakan buat nonton Conjuring 2 lho, Pak,
hahahaha”