![]() |
Gambar diambil dari grup BBM yang diikuti penulis |
Sepertinya bukan hanya sekedar mitos, bahwa mengumpulkan kawan-kawan lama untuk reunian itu sama susahnya dengan ngumpulin tujuh dragon ball. Sepertinya halnya reuni SMP beberapa hari yang lalu. Libur lebaran bukan hanya momentum yang tepat untuk berkumpul dengan sanak saudara. Namun juga untuk berkumpul dengan kawan-jawan lama.
Sebelumnya, saya diculik dalam sebuah grup BBM. Grup itu dibuat oleh
salah satu kawan lama saya, yaitu kawan semasa SMP. Dan dari obrolan dalam grup
itulah ada yang ingin mengagendakan reunian.
Awalnya saya tidak begitu tertarik. Maklum, saya masih sibuk libur
lebaran. Dan untuk grup wasap maupun BBM, sengaja saya silent mode. Namun
setelah saya scroll dan baca-baca balasan dari kawan-kawan saya di grup. Saya
malah semakin penasaran. Karena saya sudah agak lupa dengan mereka semua.
Bertemu dengan mereka mungkin bisa membuat saya mengais kembali
kenangan-kenangan masa lalu. Iya, kenangan ketika saya belum bisa ngelap ingus
sendiri. Dan tentunya kenangan masa lalu, dimana saya untuk pertama kalinya
mencicipi manis dan pahitnya cinta. Iya, cinta.
Saya sadar, bahwa tidak semua kawan saya bakal datang di acara reuni
yang kami adakan secara dadakan itu. Namun, saya sudah memantapkan hati untuk
menghadiri acara itu. Bagi saya, reuni tidak harus menunggu semua hadir. Saya
sangat menghargai kesibukan mereka masing-masing. Bahkan, ada beberapa kawan
yang yang belum bisa mudik di lebaran tahun ini. Seadanya saja, siapa yang bisa
datang, pokoknya jalan. Bahkan saya juga tidak bakal kecewa jika yang datang
hanya dua orang termasuk saya.
Dan ternyata benar. Sore itu yang datang tak seramai ketika pembahasan
di grup. Bahkan ada kawan kami yang pas di grup begitu nggedebus, tapi malah
tidak datang. Dan itulah salah satu prototipe sekampret-kampretnya manusia.
Hahaha becanda ini Bos.
Sore itu yang datang hanya 6 orang. Itu yang keliatan aja lho. Ndak tau
kalo yang tak kasat mata. Alfateha untuk kawan kami Dhenis. Saya masih ingat
betul saat SMP, saya pernah dibuly oleh Almarhum.
Kami kemudian menuju ke sebuah pemancingan yang tak penting untuk saya
sebutkan namanya. Lokasinya tak jauh dari sekolah SMA saya dulu. Itu rekondasi
dari salah satu kawan kami. Waktu saya masuk, pemancingan itu sudah ramai.
Padahal, tepat di bawah pendopo besar, yang di bawahnya ada sebuah kolam. Dan
kolam itulah yang membuat saya rada ragu. Kolam sangat tidak terawat. Air kolam
sudah keruh dan menimbulkan bau tak sedap. Demi kawan-kawan lama, saya rela
deh. Karena yang penting bagi saya adalah kebersamaan.
Kami datang sekitar pukul setengah lima sore. Namun hingga sehabis
magrib pesanan kami belum datang juga. Sambil menunggu pesanan, kami
memanfaatkan waktu untuk saling sapa dan berbagi pengalaman, sambil sesekali
mengingat kembali kenangan-kenangan semasa SMP. Ada juga yang sengaja
mengungkit kembali kisah-kisah cinta monyetnya. Dan ada juga yang ditinggal
cinta monyetnya menikah. Dan untuk yang terakhir mereka berdua kini sudah
bahagia dengan pilihan hidupnya masing-masing.
Ketika kawan saya menceritakan si A, si B atau si C. Di saat yang
bersamaan, saya langsung mikir keras. Maklum, banyak hal yang sudah saya
lupakan.
Hampir dua jam pesanan kami tak kunjung datang. Dan waktu datang
ternyata hanya nila bakar saja. Kata pramusajinya, nasinya belum matang. Karena
kami semua sudah dalam kondisi lapar. Sambil menunggu nasi, kami justru malah
langsung makan nila bakarnya tanpa nasi. "Ojo koyo wong susah, lebaran
kok" celetuk salah satu kawan saya.
Satu nila bakar di hadapan saya hanya tinggal tulang-tulang saja. Kemudian
nasinya baru datang. Saya pun mengambil nasi dan satu nila bakar lagi. Sore itu
benar-benar membuat kami semua kenyang. Bukan hanya kenyang dengan nila bakar,
namun juga mampu mengobati rindu kami semua.
Ternyata ada positifnya juga, mengapa pesanan kami tak kunjung datang.
Ternyata hal itu justru membuat kami memiliki banyak waktu untuk saling berbagi
cerita dan pengalaman. Coba saja pesanan kami cepat datang, mungkin kami hanya
akan makan, kemudian setelah kenyang kami langsung berpamitan pulang tanpa
banyak hal yang bisa kami bagi.
Sehabis makan, karena diantara kami sudah ditunggu "bocahe"
kami semua berpamitan. Dan berharap acara seperti saat itu bisa diagendakan
lagi. Syukur-syukur tambah ramai.
Malam itu saya tidak langsung pulang. Namun, saya mengajak salah satu
kawan saya untuk mampir di angkringan daerah Cawas untuk sekedar ngopi. Kawan
saya itu ternyata kini memiliki hobi traveling. Bahkan setiap mudik dari Ibu
kota ia tetap enjoy dengan motornya.
Banyak hal yang ia ceritakan. Mulai dari pengalamannya ketika harus
digendong tim sar ketika dalam sebuah pendakian. Dan tentang kawan-kawan
barunya yang ia temui dalam setiap perjalanan.
Malam semakin larut, saya pun segera pamit, karena saya keesok harinya
saya masih memiliki beberapa agenda.
Pertemuan dengan kawan lama itu menyenangkan. Dulu mereka masih sangat
polos. Kini mereka sudah tumbuh dewasa. Bahkam ada beberapa yang sudah
berkeluarga. Bagi saya, reuni bukan sekedar seberapa banyak yang hadir dalam
acara itu. Namun, seberapa banyak yang bisa kita bagi dengan mereka.
*foto ini adalah foto ketika kami berkumpul di depan gerbang SMP. Dan
FYI aja, itu motor adalah motor matic saya. Iya motor yang saya beli dengan
keringat ketek saya sendiri.