Saya tidak tahu, kenapa Johan menggunakan
gambar tersebut untuk ilustrasi di postingannya di lobimesen.com. Saya yakin ia
mengambilnya dari DP BBM saya
beberapa waktu yang lalu. Kemudian menjadikan gambar tersebut sebagai ilustrasi
postingannya di lobimesen.com, yang kebetulan ia bercerita tentang secuil kisah
kehidupan saya.
Pada gambar itu, terlihat saya dan Mba Sus, begitu saya memanggilnya.
Foto itu diambil oleh salah satu karyawan saya ketika saya sedang masuk lembur
di hari sabtu. Karena lembur, jadi saya hanya menggunakan kaos tanpa krah dan
celana jeans serta sepatu kets. Dan ketika itu saya benar-benar menjadi diri
saya, karena saya sangat nyaman dengan kaos dan celana jeans. Jadi hari sabtu
adalah hari saya. Itulah kenapa saya sangat menikmati dan tetap enjoy ketika hari sabtu masih harus
tetap masuk kerja, padahal hari sabtu seharusnya adalah hari libur. Sebuah
alasan yang sederhana bukan?
Saya masih ingat pertemuan kali
pertama dengan Mba Sus. Kala itu, saya mendapat panggilan interview di suatu
perusahaan. Perusahaan itu adalah tempat kerja saya saat ini. Ketika itu saya
diinterview di poliklinik perusahaan tersebut. Dan kala itu, suster yang sedang
berjaga adalah Mba Sus. Namun, kala itu saya hanya interview dengan seorang
wanita yang kini menjadi partner kerja saya, dan tanpa tes kesehatan terlebih
dahulu, saya langsung tes interview dengan User, yaitu yang sekarang menjadi
atasan saya.
Setelah bekerja, Mba Sus menjadi
cepat akrab dengan saya, karena pada awal-awal saya mulai bekerja, di tempat
kerja saya saat itu belum mempunyai ruangan rekruitmen sendiri. Jadi, saya
lebih sering meminjam ruangan poliklinik untuk melakukan interview calon
karyawan, serta terkadang saya melakukan psikotest di ruang itu, yaitu
poliklinik.
Sering bertemu menjadikan saya akrab
dengan Ibu satu anak itu. dan Mba sus adalah orang yang paling bertanggung
jawab terhadap perubahan besar dalam hidup saya. karena ia adalah otak
intelektual dibalik perubahan size tubuh saya, yang dulu L kini sedang
bermetamorfosa menuju XL, serta perubahan lingkar perut yang kini sudah tak
muat lagi dengan celana size 30, karena perut saya saat ini sudah mengalami
kemajuan, karena kata buncit terlalu semena-mena bagi saya, hehehe. Gimana
nggak cepat gemuk, lha wog setiap ada makanan Mba Sus selalu BBM saya “Pak, Riki di poliklinik ada
banyak makanan”
Dulu awal-awal masuk kerja, saya
masih berusaha mengenal satu sama lain. Dan ternyata lingkungan pekerjaan
sangat kekeluargaan. Tidak jarang saya dibawakan makanan oleh salah satu
karyawan saya, ketika ada yang mendapatkan bonus tidak jarang saya ditraktir
makan siang. Piye nggak tambah lemu, nek
ngunu kui jal?
Perlu diketahui, bahwa Mba Sus adalah
salah satu prototype manusia yang hidup secara mandiri, karena ia kuliah dan
ambil jurusan keperawatan dengan uangnya sendiri. Dan yang membuat saya kagum
dengan sosok Mba Sus adalah, saya tidak menyangka bahwa ia pernah beberapa
tahun hidup di luar negeri, yaitu tepatnya di sebuah Negara yang beberapa bulan lalu telah menggelar hajatan besar yang bertajuk piala eropa,
yaitu Perancis.
Mba sus pernah bercerita, ketika ia
hidup di Perancis, tepatnya di Marseile, ia sering menghabiskan waktu akhir
pekanya dengan menziarahi kota-kota terkenal seperti Roma, Madrid dan kota-kota
lain yang saya yakin jika dikujungi oleh orang-orang masa kini, tidak akan bisa
menahan “nafsu” untuk berfoto selfie
Ada yang tahu kenapa setelah lulus
SMA, Mba Sus bisa nyasar sampai ke
Perancis? Iya, Mba Sus mendapat tawaran untuk bekerja di Kantor Konsulat, ia
bertugas di bagian kerumah tanggaan, yang mengurusi segala keperluan Bosnya,
baik itu urusan dapur, maupun mengurusi anak Bosnya yang masih kecil.
Pikir Mba Sus kala itu sangat
sederhana.” Tidak semua orang diberi kesempatan seperti dirinya” jadi ia
mengambil tawaran itu, meski dirinya tidak pernah membayangkan akan hidup di Perancis.
Hanya dengan modal bahasa Inggris pas-pasan ia berangkat ke Perancis seorang
diri. Segala kebutuhan untuk penerbangan ke Perancis sudah disiapkan, ia hanya
tinggal membuat paspor, kemudian terbang ke Perancis.
Dan apa yang terjadi ketika di
Perancis? Ternyata tidak semua orang Perancis bisa berbahasa Inggris, untungya
ia tinggal di tempat yang mudah dikenali.
Beberapa tahun hidup di Negara orang,
untuk mengusir rasa bosan, ia biasanya mencari tiket promo perjalanan wisata
untuk mengisi akhir pekannya. Jadilah ia bisa menikmati pekerjaannya, karena ia
bisa bekerja sambil berwisata di luar negeri. Benar kata Mba Sus, bahwa tidak
semua orang bisa seperti dirinya, bahkan ia menganggap bahwa dirinya sedang
berwisata sambil bekerja.
Di saat pemberitaan media mengenai
nasib seorang TKW yang bekerja di luar negeri. Mba Sus selalu bersyukur, ia
bekerja di tempat orang Indonesia yang bertugas menjadi Konsulat. Dan
keluarganya tidak mengkhawatirkan anaknya meski hidup jauh dari keluarganya.
Ketika masa kerja “juragannya” habis,
ia pun juga turut kembali ke Indonesia. Dan jangan ditanya barang-barang branded apa saja yang turut ia bawa
pulang ke Indonesia, tentu bukan hanya gantungan kunci seperti oleh-oleh
kebanyakan orang yang baru saja liburan
dari luar negeri. Namun, yang namanya barang. Dan itu sangat duniawi sekali,
dimana hal-hal yang sifatnya duniawi tidak akan pernah kekal. Baju-baju yang ia
beli, atau dibelikan Bosnya, bisa mengecil, tas-tas atau dompet juga bisa
rusak, uang dolar yang ia peroleh juga bisa habis juga.
Sepulang dari Indonesia, ia kemudian
memutuskan untuk kuliah dan mengambil jurusan keperawatan, dan baru setelah
lulus ia memutuskan untuk menikah, sebelum akhrinya bekerja di perusahaan
tempat saya bekerja, sebagai suster di poliklinik perusahaan. Sekarang Mba Sus
sudah memiliki seorang putra yang tahun ini sudah masuk TK.
Saya justru banyak belajar dari Mba
Sus, bagaimana ia menjalani kehidupan ini seperti air, mengalir dan tetap terus
berserah diri kepada Tuhan tentang kehidupan yang ia jalani. Bukan berarti
tanpa usaha, ia terus berusaha, namun selalu ikhlas menjalani takdir hidupnya.
Karena sebagai orang yang telah berkeluarga, saya tidak pernah mendengar ia
mengeluh dengan kehidupan yang ia jalani. “semua itu sudah ditakdirkan, tinggal
jalani saja”