Sabtu, 07 Agustus 2021
Kopet
Senin, 15 Oktober 2018
Coretan Dinding Toilet #1
Beban,
Kenapa aku diam? Aku bukan tidak ingin membagi beban denganmu
Tapi, aku tidak mau, ketika kamu tahu beban dipunggungku, kemudian kamu menjadi ikut terbebani.
Dan kamu tau itu apa artinya? Iya, itu akan menambah bebanku
Minggu, 07 Oktober 2018
Trans Jogja
Entah kenapa, tiba-tiba terbesit pikiran untuk mengunjungi Jogja. Padahal saya tidak memiliki "masa lalu" di kota itu. Tapi libur akhir pekan ini, saya ingin mengunjungi kota Jogja.
Minggu, 15 Juli 2018
Nostalgia Tempat Makan Jaman Kuliah
![]() |
Mie ayam lestari |
Rabu, 14 Februari 2018
Mendengarkan Cerita Mak’ e Pasca Stroke
Sabtu, 03 Februari 2018
Menyerah oleh Dirinya Sendiri
Setelah pulang dari dinas luar, aku segera menyelesaikan segala pekerjaan kantor siang itu. Aku segera membersihkan meja kerjaku, karena aku berencana untuk ijin pulang lebih awal. Aku baru saja mendapat telpon dari Om, agar aku bisa minta ijin kepada atasanku untuk pulang lebih awal. Dan atasanku mengerti keadanku dengan memberikan ijin untuk pulang lebih awal.
Selesaikan membereskan pekerjaan di meja, aku segera bergegas untk pulang lebih awal. Selama perjalanan pulang, beberapa kali handphoneku bergetar, sepertinya telpon dari om aku yang ingin memastikan posisiku.
Sesampai di rumah, aku segera ganti baju, dan segera ke rumah om yang sudah menunggu dari tadi. Sesampai di rumah om, aku segera memasukan motor ke garasi rumah, kemudian kami berangkat berdua ke sukoharjo. Selama perjalanan, beberapa kali, om nampak menelpon seseorang untuk memastikan keadaan.
Sore itu, kaluargaku masih menunggu dengan sedikit cemas. Iya, Ibuku yang jatuh sakit, sedang dalam perjalanan pulang untuk dipindah di rumah sakit dekat rumah, agar keluarga besar bisa merawatnya.
Sudah sedikit aku tuliskan mengenai keadaan ibuku, dalam tulisan sebelumnya. Bahwa ibuku terjatuh lemas dan dilarikan ke rumah sakit terdekat, oleh kerabat-kerabatku yang berada di kerinci.
Kala itu, aku hanya mendapatkan kabar, bahwa sebagian tubuh sebelah kanan tidak bisa digerakan, dan ibuku juga tidak bisa berbicara. Jangankan untuk makan, membuka mulut saja kesulitan. Dan ketika mendapatkan kabar itu, seketika itu juga aku langsung lemas dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Dan yang bisa aku lakukan, hanya menelpon kakakku agar segera menyusul ke kerinci. Kebetulan kakakku sedang berada di Manna, sebuah kota kecil di Bengkulu.
Ketika mendapatkan kabar mengenai kondisi ibuku, yang ada dalam pikiranku saat itu, adalah serangan stroke. Meski aku sendiri masih kurang yakin, apakah benar ibuku terkena serangan stroke. Mengingat ketika masih sehat, ibuku tidak pernah mengeluhkan tentang kesehatannya. Dan bisa dibilang, baru kali ini saja ibuku berurusan dengan jarum dan selang infus.
Keluarga besar, termasuk aku sendiri hanya bisa memantau kesehatan serta perkembangan ibuku, via telpon. Dan pernah juga aku melakukan video call dengan kakakku untuk melihat kondisi ibuku. Dan ketika video call, pertahananku sebagai lelaki runtuh seketika. Mataku sudah tak kuat untuk menahan isak tangis. Orang yang paling kuat dan tegar itu, kini menyerah oleh dirinya sendiri.
Hingga akhirnya, kami keluarga besar sepakat, bahwa kami harus segera membawa pulang ibuku.
Ibuku dibawa pulang dengan travel, karena bisa dibilang aku tidak kuat jika harus menyewa mobil ambulance. Dengan menyewa seorang perawat, dan tentu sebelumnya kami sudah meminta saran dan rekomendasi dari dokter yang merawat ibuku sebelumnya. Dan kami sudah siap dengan segala risiko ketika memutuskan untuk membawa pulang ibuku.
Ketika sedang merencanakan kepulangan ibuku. Kami sudah merencanakan rumah sakit mana yang akan kami jadikan pengobatan atau pemulihan pasca stroke ibuku. Dan sebuah rumah sakit islam di daerah Cawas, klaten menjadi rumah sakit pilihan kami.
Ibuku diperkirakan sampai rumah sakit sore hari. Dan sebelum itu aku sudah berada di rumah sakit untuk memesan kamar rawat inap. Namun, pihak rumah sakit tidak mengijinkan kami untuk memesan kamar perawatan. Karena dari pihak rumah sakit mengharuskan pasien sudah berada di sana, untuk menjalani observasi terlebih dahulu, baru meminta kamar rawat inap.
Sore itu hujan deras, aku masih terus memandang jalan, dan setiap ada mobil yang masuk area rumah sakit, aku langsung berdiri untuk memastikan apakah itu mobil yang membawa ibuku atau bukan.
Hingga akhirnya penantian berakhir juga, sebuah mobil datang, dan ketika satu persatu penumpang keluar, ada kakak dan kerabatku dari kerinci yang turut menemani selama perjalanan. Dan ada juga seorang wanita yang merawat ibuku selama perjalanan.
Dan untuk pertama kalinya, aku melihat secara langsung kondisi ibuku.
Aku segera membobong ibuku untuk dipindah ke ruang IGD. Sedang Omku langsung menuju tempat pendaftaran untuk mencarikan ruangan untuk ibuku. Dan aku, aku berada di samping ibuku ketika di IGD untuk dilakukan observasi.
Aku mengamati keadaan ibuku, satu sisi, lebih tepatnya sisi kanan tubuh ibuku sudah lemas tak bisa digerakkan. Selain itu, ibuku seperti kesulitan untuk berbicara. Untuk minum pun, ibuku hanya bisa minum sesendok demi sesendok, itupun masih sering tersendak. Dan aku berusaha menjadi seorang anak lelaki yang kuat, meski dalam hati sedang menahan tangis.
Sore itu aku hanya bisa menemani ibuku hingga tengah malam. Ada tanggung jawab lain yang harus aku kerjakan keesok harinya. Namun, aku berencana untuk mengambil cuti selama dua hari agar bisa menemani ibuku menjalani pengobatan selama di rumah sakit. Aku mengambil dua hari cuti, yaitu hari kamis dan jumat, karena di tempat kerjaku berlaku lima hari kerja, jadi aku bisa menamani ibuku dari kamis hingga minggu.
Selama menunggu di rumah sakit, rasa bosan itu pasti ada. Untuk mengisi kebosanan itu, aku membuka youtube untuk mengetahui lebih jauh mengenai penyakit stroke, posisi tidur orang stroke. Karena ibuku hanya bisa tertidur ketika miring kekanan, yaitu ke arah sisi yang lumpuh. Kemudian juga mengenai terapi yang tepat selama menjalani masa pemulihan pasca stroke.
Selain itu, aku juga membaca salah satu blog kompasiana yang dikelola oleh seorang stroke survivor. Di blog tersebut, ia bercerita ketika awal mula serangan stroke itu terjadi, hingga ia menjalani masa-masa pemulihan. Kini sudah hamper 80% fungsi tubuh sisi yang lumpuh bekerja dengan baik. Dan aku mulai tertarik untuk menerapkan metode pemulihan tersebut pada ibuku. Namun, yang menjadi fokusku kala itu, bagaimana aga kondisi fisik ibuku sudah mulai membaik, terutama bagaimana ibuku bisa untuk menelan dan minum makanan dan minuman tanpa sering tersendak.
Penderita stroke awal-awalnya akan sedikit emosional, tiba-tiba menjadi gelisah dan menangis, kemudian sering marah ketika keinginannya tidak dituruti, adalah hal yang sering dihadapi ketika merawat pasien stroke. Dan ibuku pun juga mengalami hal itu, ketika tengah malam, ia masih sering gelisah, menangis, dan terkadang juga teriak-teriak.
Aku menjadi sering mengamati perkembangan sedikit demi sedikit kondisi ibuku. Yang awalnya kesulitan untuk mengunyah makanan, kini ibuku sudah mulai bisa mengunyah makanan. Bahkan kini ibuku sudah mulai bisa untuk makan dan minum sendiri, meski menggunakan tangan kiri, karena tangan dan anggota badan sebelah kanan mengalami lumpuh.
Masalah kemampuan bicara, perlahan ibuku sudah bisa mengucapkan huruf vocal seperti “A I U E O”. Karena dalam proses terapi wicara, pertama kali harus dikenalkan dengan huruf vocal terlebih dahulu. Dan kini ibuku sudah bicara pelan-pelan, namun untuk merangkai kata-kata yang panjang masih mengalami kesulitan.
Masalah sikat gigi, awalnya saya ragu ketika mengajari untuk berkumur, karena bukannya berkumur, tapi malah ditelan. Pertama aku mengajari untuk berkumur dengan menggunakan air aqua, karena ketika air itu tertelan, hal itu masih aman. Dan ketika aku coba pertama kali, yang terjadi adalah, airnya malah tertelan. Aku mengurungkan niat untuk menggosok gigi ibuku.
Di lain waktu aku bertanya lagi kepada ibuku, “bisa berkumur nggak?” tanyaku. Dan ibuku memberi isyarat mengangguk, artinya bisa. Kemudian aku mencoba lagi menggunakan air aqua. Dan bisa! Aku pun berani untuk menggosok gigi ibuku dengan sikat dan pasta gigi dengan yakin.
Kemampuan bicara sudah menunjukan perkembangan, sedang untuk kemampuan gerak, ibuku masih terus menjalani proses terapi fisik. Dan terapi fisik, sebenarnya yang paling berperan adalah keluarga yang merawat pasien pasca stroke. Karena apa? Terapis dalam ini akan lebih berperan sebagai pendamping, sedang yang akan melakukan terapis rutin adalah dari keluarga yang merawat. Dan terapis yang melakukan terapi ibuku, selalu berpesan, hal penting yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan terapi adalah. Semangat dari pasien itu sendiri, yaitu semangat untuk sembuh. Selain itu, kesabaran dari orang yang merawat pasien yang menjalani pemulihan pasca stroke juga turut berpengaruh terhadap keberhasilan terapi.
***
Dan untuk kali ini, aku hanya bisa terus berdoa untuk kesehatan ibuku. Selain juga tetap untuk terus berikhtiar untuk pemulihan kondisi fisiknya. Dan percayalah, ibu kalian adalah orang yang paling sabar di dunia ini. Ibu kalian tetap sabar ketika membesarkan diri Anda. Ketika Anda masih kecil, ibu kalian tidak sungkan untuk segera mengganti popok anda, meski dia sedang nikmat-nikmatnya menikmati sarapan atau makan siangnya. Sedangkan Anda? Saya tidak yakin Anda tetap bisa bersabar, ketika makan siang Anda diganggu dengan Ibu Anda yang masih dalam keadaan lemah di tempat tidur, kemudian meminta Anda mengganti pampers ibu Anda.
Dan untuk Ibu, mohon maaf, jika sebagai anak, aku masih belum bisa menjadi anak yang berbakti.
Rabu, 31 Januari 2018
Dering Telepon
Kala itu, aku sedikit kemaruk. Setelah libur tahun baru, aku mengajukan cuti tahunan untuk menambah waktu liburku. Meski pada akhirnya aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Setidaknya aku sudah keluar dari rutinitas yang semakin lama, semakin membosankan ini. Waktuku habis tersita untuk hal-hal yang bersifat rutinitas. Waktu luang begitu berharga bagiku. Dan ketika waktu luang itu ada, aku justru menghabiskan waktu untuk hipernasi. Jika sebagian orang suka menghabiskan waktu liburnya untuk bepergian. Aku justru sering menghabiskan waktu luangku untuk tidur.
Tidur bukan hanya aktifitas yang mampu mengistirahatkan badan yang sudah lelah disiksa dengan rutinitas harian. Lebih dari itu, tidur bagiku seperti halnya dengan me-refresh otak. Setelah bangun dari hipernasi, selain mampu menghilangkan rasa lelah. Tidur juga mampu membuat otak ini mau diajak untuk berpikir.
Mungkin aku adalah orang yang introvert, menghabiskan waktu seorang diri, adalah waktu yang benar-benar aku dambakan. Karena ketika sendiri itulah aku justru seperti sedang mengisi bateraiku yang sudah mulai lobert. Dan dengan tidur salah satunya.
Siang itu, kebetulan aku masuk siang. Jadi aku masih memiliki banyak waktu untuk tidur siang, sebelum aku siap-siap untuk bergegas kembali menjalani rutinitas. Ketika aku sedang tidur siang, tiba-tiba ada dering telpon masuk. Masih dalam keadaan mata tertutup dan menahan kantuk, aku mencoba mencari handphone. Dan ketika aku sudah meraihnya, aku menatap layar handphone dengan pandangan masih kabur karena rasa kantuk. “nomor baru” pikirku kala itu ketika mau mengangkat dering telpon yang masuk. Aku segera mengangkatnya dan mulai mendengarkan suara di seberang sana.
Suara yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dan kabar buruk! Aku yang kala itu masih menahan kantuk tiba-tiba saja aku langsung berdiri tegak, dan kemudian aku seperti orang bingung. Aku berusaha menenangkan diri dan mulai mengabarkan kabar buruk itu kepada semua keluargaku. Dan kala itu aku benar-benar dalam kondisi bingung., dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Mendengar kabar buruk itu, seketika itu ingatanku kembali pada saat-saat dimana aku harus mengambil pilihan dan mengkomunikasikan pilihan itu kepada orang-orang terdekatku agar bisa menerima keputusan itu. Kala itu aku berhadapan dengan sebuah delima. Sebagai anak, tentu aku tidak akan membiarkan Ibuku hidup seorang diri di tanah rantau. Orang yang biasa hidup dengan ibuku, yaitu bulek, memutuskan untuk hidup bersama simbah. Sedangkan ibuku tidak kerasan jika harus hidup bersama simbah. Hal itu karena ia sudah terbiasa hidup di tanah rantau, yaitu di kerinci. Karena dulu terlalu aku kenkang, justru membuat kondisi psikologi ibuku menjadi sedikit goyah. Dan di saat seperti itu, aku mulai mengijinkan ibuku hidup seorang diri di kerinci sana. Tahun pertama dan kedua berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan tidak ada kekhawatiran sedikitpun bagiku, dan keluarga besarku.
Namun, kabar siang itu memupuskan segala prasangka baikku, bahwa ibuku akan baik-baik saja meski seorang diri di kerinci sana. Dan kabar siang itu, aku bukan saja menjadi orang yang merasa bersalah, tapi menjadi orang yang tak berguna.
Semenjak kabar itu, aku seperti menjadi seorang paranoid terhadap dering telpon. Aku sengaja membiarkan handphoneku tetap dalam keadaan aktif meski di malam hari. Padahal, biasanya aku akan mematikan handphone ku ketika menjelang tidur.
Setiap kali ada panggilan masuk, dada ini seperti berdebar-debar, nafas menjadi sedikit sesak. Aku seperti sudah menyiapkan respon dengan kabar paling buruk sekali pun. Jujur saja, aku sudah panic ketika aku tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya terus berdoa, dan menanyakan kabar tentang kondisi kesehatan ibuku.
Dering telpon dan kabar buruk seakan menjadi sebuah pola yang melekat di kepalaku. Setiap kali ada telpon masuk, bunyi dering telpon seakan hanya memberikan berita buruk tentang keadaan ibuku. Ketika mendengar dering telpon, aku mulai gelisah, dada seakan terasa sesak, seakan aku akan menerima kabar buruk. Dan ketika aku lupa membawa handphone, aku juga seperti tidak mau melewatkan tentang kabar tentang keadaan ibuku.
Hingga pada akhirnya, kami semua sepakat. Bahwa kami harus segera mengambil keputusan untuk segera membawa pulang ibuku meski dengan kondisi masih dalam keadan sakit. Berkonsultasi dengan dokter yang merawat ibuku, dan memahami segala risiko yang akan terjadi. Kami semua sepakat, dan semua itu kami lakukan atas niatan yang baik. Yaitu membawa pulang ibu untuk mendapatkan pengobatan.
Dan Allhamdulillah, dengan membawa satu orang yang merawat ibuku, setelah dua hari dalam perjalanan, ibuku tidak langsung dibawa pulang, namun langsung ke rumah sakit agar segera dapat dilakukan perawatan. Dan dengan deering telpon? Ahhh rasanya sekarang taka da lagi yang horror selain panggilan dari si dia. Dia siapa? Embuh, . . . .
Jumat, 01 Desember 2017
Donor Darah
Semua berawal dari ketidaksengajaan, dan hal-hal tak terduga. Terkadang, sesuatu yang sudah saya rencanakan secara matang, berakhir dengan kegagalan. Dan apesnya, saya tidak pernah menyiapkan plan B ketika rencana A ternyata gagal total.
Pernah saya merencanakan jalan-jalan ke jogja dengan kereta prameks. Prameks yang setahu saya bisa dipesan secara dadakan. Namun ketika sampai di stasiun dan akan membeli tiket, apesnya tiket dengan jam keberangkatan sesuai rencana saya sudah habis. Yang masih tersedia hanya tiket keberangkatan siang. Dan hal itu bisa dipastikan saya akan kehabisan tiket pulang. Saya pun mengurungkan niat ke jogja.
Saya belum tahu ingin kemana saya selanjutnya. Kemudian tiba-tiba saya mengambil keputusan, menggeber motor ke pantai di kawasan gunung kidul. Yang awalnya saya ingin ke pantai sadranan, namun saya kesasar dan tiba di indrayanti. Namun kala itu saya tidak kecewa, dan saya memilih menikmati pantai indrayanti.
Kemarin, perusahaan tempat saya bekerja menggelar bakti sosial donor darah. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. Jujur, selama tiga tahun bekerja di sana, saya belum pernah mengikuti kegiatan donor darah. Dan seumur-umur saya juga belum pernah mengikuti donor darah.
Sebenarnya saya juga tidak mendaftarkan diri. Namun, ada informasi bahwa masih ada empat kantong yang tersisa, karena ada pendonor yang tidak bisa ikut karena hasil cek dokter tidak disarankan untuk donor.
Dan tanpa ada rencana serta tanpa pikir panjang, saya memutuskan untuk ikut donor darah. Pikir saya, mungkin ini adalah saatnya menjadi orang yang lebih berguna untuk orang lain.
Bisa dibilang kemarin adalah kali pertama saya menjadi pendonor darah. Dan semoga akan menjadi awal yang baik untuk kegiatan donor darah selanjutnya. Rasa takut itu pasti ada, namun saya tidak terlalu memikirkan hal itu. Rasa takut itu ada untuk dihadapi, bukan dihindari.
Setelah di cek dokter, kemudian cek golongan darah, saya pun dinyatakan bisa untuk donor.
Dan mulailah saya ditusuk lengan kanan saya dengan jarum yang lumayan gede, kemudian perlahan darah saya dialirkan ke sebuah kantong darah. Sambil menunggu penuh hanya membuka hape, kemudian membaca artikel-artikel di website langganan saya.
Tidak terasa darah yang dialirkan ke kantong sudah penuh. Artinya proses donor darah sudah selesai. Awalnya saya mengira setelah donor darah, lengan tempat jarum di tancapkan bakal seperti kesemutan, kemudian setelah donor menjadi lemas dan pusing. Dan ternyata, saya tidak mengalami hal itu.
Bener kata Python teman kuliah saya, habis donor badannya jadi enteng. Meski teman saya itu sedikit blasur hidupnya, dia tidak mentato tubuhnya. Sama seperti C. Ronaldo, karena ia rutin donor darah.
Sabtu, 14 Oktober 2017
Suntik Mati
Senin, 04 September 2017
Biar Keliatan Bijak
Orang bijak, taat bayar pajak. Itulah alasan mengapa beberapa hari yang lalu saya memutuskan untuk membuat NPWP. Atas saran dari seseorang yang baru saya kenal, saya pun membuat NPWP secara online. Dan ternyata membuat NPWP tidak seribet yang saya bayangkan. Hanya butuh waktu 2 hari saja, kartu NPWP sudah berada di tangan saya.
Yang dibutuhkan hanya file foto KTP, udah itu saja. Dan pastikan besar file foto KTP Anda tidak boleh lebih dari 1MB agar kita mudah meng-upload ketika melakukan pendaftaran secara online.
Ohiya, sebelum mendaftar online, pastikan anda memiliki akun email aktif. Bagi Anda yang sering gonta-ganti alamat email karena alasan klasik, seperti lupa password. Mulai sekarang Anda harus lebih bersikap profesional lagi dengan menggunakan satu alamat email untuk segala hal. Baik dalam aktifasi akun google hape android, aktifasi bbm, fesbuk maupun jejaring sosial lainnya. Meski kini kebanyakan media sosial sekarang lebih simpel dalam melakukan aktifasi, karena alamat email sudah bisa diganti dengan nomor hape. Percayalah alamat email akan ada gunanya di jaman serba internet ini.
Mendaftarkan NPWP cukup dengan membuat akun di ereg.pajak.go.id kemudian Anda bisa mendaftar NPWP secara online. Cukup mengisi apa yang perlu diisi, kemudian jika sudah dirasa lengkap, Anda bisa mengirim token, dan mengajukan permohonan NPWP.
Jika permohonan Anda disetujui, Anda tinggal menunggu kartu NPWP dikirim ke alamat Anda.
Biasanya NPWP akan dibuat oleh KPP sesuai tempat tinggal di KTP. Dan perlu dicatat, KPP kini memberikan pelayanan yang maksimal, yaitu ketika Kartu NPWP sudah jadi, Kartu tersebut akan dikirimkan ke alamat sesui alamat KTP pemohon. Dan karena saya adalah tipe orang yang tidak suka merepotkan, ketika permohonan NPWP sudah disetujui, saya langsung ke KPP Sukoharjo untuk mengambil kartu NPWP saya yang sudah jadi. Selain itu saya juga bukan tipe orang yang suka menunggu tanpa kepastian, halah malah curhat, hehehe
Bagaimana? gampang kan bikin NPWP?
Meski tahun ini adalah tahun ketiga saya bekerja, namun kenapa baru tahun ini saya membuat NPWP? Tentu saja saya bukanlah seorang pengemplang pajak kelas gurem. Karena secara regulasi penghasilan bulanan saya masih dibawah batas minimal penghasilan kena pajak. Penghasilan saya dikit? Bukan! Lebih tepatnya cukup, bahkan masih sisa dengan kebutuhan saya saat ini. Saya menyakini bahwa gaji yang saya peroleh itu adalah sudah menjadi rejeki saya. Tidak ada gunanya mengeluh, kemudian kerja asal-asalan. Dan saya tidak akan merendahkan diri saya dengan melakukan hal itu.
Lantas kenapa saya membuat NPWP? Nggak papa kok, biar keliatan jadi orang bijak aja.
Udah gitu aja.
Sabtu, 22 Juli 2017
Membuka Hati untuk Orang Lain
![]() |
Sumber Gambar |
Selasa, 21 Februari 2017
Soundtrack Suasana Hati
Seperti halnya sebuah film, akan selalu ada soundtrack yang mengiringi dengan lantunan lagu sepanjang film tersebut diputar.
Dalam kehidupan seseorang, hal itu bisa saja terjadi. Setiap orang seakan memiliki sebuah lagu, baik lagu lawas ataupun lagu baru sebagai soundtrack atas suasana hatinya.
Tidak percaya? Saya akan menceritakan beberapa sahabat saya, yang dalam suasana hati tertentu, ia memiliki lagu favorit yang akan terus diputar berulang-ulang dan dijadikan playlist tunggal di aplikasi pemutar musiknya.
Panjul, teman saya yang sedikit bajingan itu, pernah meminta saya untuk mencari judul lagu dengan mengirim pesan rekaman suara yang ia dengar, kemudian ia rekam di saat ia berada di sebuah kafe dengan konsep wedangan. Lagu yang berjudul mantan terindah yang dinyanyikan oleh Raisa dijadikan soundtrack untuk mengiringi suasana hatinya yang sedang gundah, kala tau mantannya mengirim undangan pernikahannya.
Lain Panjul, lain pula dengan Sahabat saya yang sedikit gapleki itu. Sahabat saya juga pernah dirundung derita karena asmara. Derita asmara bukan hanya mampu menyelesaikan skripsinya, tapi juga mampu melemparkan hatinya pada pelabuhan terakhirnya.
Ketika ia sedang kasmaran dengan seseorang yang kini menjadi istrinya. Sebuah lagu yang abege yang lagi ngehitz pakai "z" pada saat itu, yang dinyanyikan oleh putra Ahmad Dhani, berjudul Kurayu Bidadari. Lagu itu ia dengarkan berulang-ulang sebagai playlist tunggal baik di laptop maupun handphone-nya. Bahkan, menjelang tidur pun, ia sumpal di telinganya dengan headset dan menjadikan lagu tersebut sebagai pengantar tidur.
Ketika melihat sikap sahabat saya itu, saya lega, karena ia sedang dirundung cinta. Artinya dia akan baik-baik saja.
Dan baru-baru ini, sebuah lagu yang berjudul Dia yang dinyanyikan oleh Anji, menjadi sebuah lagu favorit tokoh kita kali ini. Mungkin tokoh kita kali ini sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada siapa? Jatuh cinta pada embuh :-)
Senin, 30 Januari 2017
Denda
![]() |
Ilustrasi |
Ada sesuatu yang menempel di pintu kulkas. Waktu saya amati baik-baik, secarik kertas itu berisi semacam aturan-aturan dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan yang tidak asing lagi bagi saya. Tuisan yang ditulis oleh seorang bocah kelas 3 SD. Iya, dia adalah adik keponakan saya.
Minggu, 15 Januari 2017
Kucing Yang Nakal
Sabtu, 14 Januari 2017
Sepatu Futsal
![]() |
Sepatu futsal bekas Inug |
Sepatu. Saya adalah orang yang bisa dikatakan tidak melek fesyen. Saya juga tidak fanatik terhadap suatu brand atau merk tertentu. Apa yang menurut saya nyaman, itu sudah lebih dari cukup. Termasuk dalam hal memilih sepatu.
Saat ini saya memiliki 5 pasang sepatu; tiga pasang sepatu kets, satu pasang sepatu pantofel, dan satu pasang sepatu futsal.